Kamis, 11 Februari 2016

3 Tahun

Alhamdullilah, tak terasa usia Hanindiva sudah melewati 3 tahun. Sebuah usia yang syarat makna, cintakasih dan kebahagiaan. Mungkin bagi sebahagian orang usia tiga tahun apalah artinya. Tapi bagi kami, setiap detik dalam kebersamaan kita, hidup dalam cinta kasih ayah, bunda dengan keberadaan ananda Hanin adalah sebuah paket sempurna sebuah kebahagiaan. Ayah sama bunda nga bisa membayangkan seandainya paket ini tidak selengkap ini, mungkin rumah tangga ayah dan bunda tidak akan bisa bertahan. Kamu adalah kebahagiaan kami, kesempurnaan hidup dan ladang amal kami. Sehingga kami tiada henti-hentinya berusaha untuk selalu menjalaninya dengan penuh rasa syukur kepada Allah SAW.

Tilisan ini adalah salah satu dari perwujutan rasa syukur ayah kepada Allah yang telah menghadirkan ananda dalam kehidupan kami. Jawaban dari salah satu hutang ayah yang akhirnya terbayarkan juga lewat tulisan 3 tahun ini sebagaimana janji ayah kepada diri ayah sendiri yang selalu berusaha untuk menceritakan semua hal indah yang kita lewati bersama walaupun cuma lewat sebuah blog sederhana ini.

Dan dari kesemuanya, alhamdullilah ulang tahun ananda kali ini tidak dirayakan di rumah sakit. 

Oiya nak, sekedar buat catatan saja; sesungguhnya dalam Islam tidak ada ya namanya merayakan ulang tahun ya nak. Catat itu dengan tinta merah.
Ulangtahun merupakan budaya kaum lain yang sangat tidak patut untuk kita rayakan. Jadi, dalam Islam, ulangtahun itu sendiri merupakan bentuk rasa syukur atas usia yang telah berjalan ini dengan lebih meningkatkan iman kita kepada Allah yang salah satu caranya adalah dengan menjalankan puasa.

Ketika Nabi ditanya mengapa engkau berpuasa senin kamis, maka jabanya adalah senin adalah hari kelahiranku dan kamis adalah hari dimana catatan amal kebajikan kita dikumpulkan. Atau lebih jelasnya kita bisa baca referensi dibawah ini:

Dari Abu Qotadah Al Anshori radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya mengenai puasa pada hari Senin, lantas beliau menjawab,
ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ وَيَوْمٌ بُعِثْتُ أَوْ أُنْزِلَ عَلَىَّ فِيهِ
Hari tersebut adalah hari aku dilahirkan, hari aku diutus atau diturunkannya wahyu untukku.
(HR. Muslim no. 1162)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
تُعْرَضُ الأَعْمَالُ يَوْمَ الاِثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ فَأُحِبُّ أَنْ يُعْرَضَ عَمَلِى وَأَنَا صَائِمٌ
Berbagai amalan dihadapkan (pada Allah) pada hari Senin dan Kamis, maka aku suka jika amalanku dihadapkan sedangkan aku sedang berpuasa.

(HR. Tirmidzi no. 747. At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan ghorib. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih lighoirihi yaitu shahih dilihat dari jalur lainnya).


Jika ananda suatu saat mendengar atau terlibat dalam sebuah diskusi mengenai perayaan ulang tahun nabi Muhammad SAW atau yang lebih dikenal dengan Maulid Nabi yang juga menjadi hari libur nasional di Indonesia, hal yang wajib nanda ketahui adalah, semua dalil perayaan itu adalah lemah dan tidak berdasar. Konon kabarnya orang yang pertama kali merayakanya merupakan ulama syiah yang sesat. walaupun tujuannya mulia sebagaimana referensi dibawah ini, tetapi yang jelas nabi dan para sahabat sendiri TIDAK PERNAH merayakannya.

https://id.wikipedia.org/wiki/Maulid_Nabi_Muhammad
Para ahli sejarah, seperti Ibn Khallikan, Sibth Ibn Al-Jauzi, Ibn Kathir, Al-Hafizh Al-Sakhawi, Al-Hafizh Al-Suyuthi dan lainnya telah sepakat menyatakan bahwa orang yang pertama kali mengadakan peringatan maulid adalah Sultan Al-Muzhaffar. Namun juga terdapat pihak lain yang mengatakan bahwa Sultan Salahuddin Al-Ayyubi adalah orang yang pertama kali mengadakan Maulid Nabi. Sultan Salahuddin pada kala itu membuat perayaan Maulid dengan tujuan membangkitkan semangat umat islam yang telah padam untuk kembali berjihad dalam membela islam pada masa Perang Salib

Terakhir catatan dari ayah, Ada sebuah tulisan seorang Istri yang ditujukan kepada suaminya yang juga sahabat ayah, om Yusdi mengenai ulangtahun yang nanda bisa jadikan referensi bagus buat kita. 

catatan Azizah Hudan

Ulang Tahun itu.....
Angkanya bertambah, jatah hidupnya berkurang...
Pagi ini juga hari-hari sebelumnya saya lagi-lagi tidak mengucapkan selamat kepada suami saya untuk ulang tahunnya, tidak juga mendo'akan sesuatu yang special di moment pertambahan angka nya.. begitu juga suamiku, dia juga ga pernah mengucapkan selamat atau do'a di sebuah moment yang kayanya special... bukan dendam, bukan juga karena tidak romantis.. bukaaan... tapi emang itu bukan budaya dan kebiasaan keluarga kami...
kata-kata suami saya yang makin buat saya tidak mau ngucapin selamat adalah : 
“jatah hidupku tinggal berapa lama lagi ya....” kata-kata yang ringan dari mulut suami saya tapi bikin saya nangis seketika,

“jangan ngomong gitu dooong, gimana kalau kita ternyata punya anak tapi kamunya ga ada...., aku ga mau sendiriiiaaaan” 
suami saya cuma peluk saya sambil bilang :”gaa gitu... 6 tahun lagi aku 40, terus abis itu 10 tahun kemudian 50, setelah itu makin deket ke 63 tahun... usia Rasulullah aja cuma sampai 63, aku dikasih jatah berapa lama ya...”
jadi cukup bisa dibayangkan kenapa saya tidak memberi selamat untuk pertambahan angka yang menandakan jatah hidup berkurang.. kalau saya kasih selamat artinya saya senang jatah hidup suami saya berkurang,,, keliatannya mikir kejauhan, mungkin kami bukan orang kebanyakan... anggaplah seperti itu.. tapi inilah kami... Tapi saya tetep berterimakasih untuk semua do’a yang dihaturkan untuk suami saya... semoga Allah membalas kebaikan teman-teman semua.. :)
terimakasih suamiku, untuk kata-kata yang bikin saya nangis lagi pagi ini... semoga hidup kita selalu diberkahi Allah Subhahuwata’ala, aamiiin
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar