Tahun 2015 adalah tahun yang sangat bermakna dalam hidup ayah. Punya rumah dan pergi Umroh. Dua hal yang sangat diluar prediksi ayah. Punya rumah memang impiah setiap kepala keluarga. Bapaknya ayah bahkan sampai meninggalnya tidak mewariskan sebuah rumahpun bagi istri dan kelima anaknya. Rezeki rumah dinas menjadikannya lupa bahwa rumah itu bukan merupakan milik pribadi yang suatu saat bisa saja diambil paksa oleh yang meminjamkannya dalam hal ini institusi kepolisian.Pergi umroh?... bahkan ayahpun belum ada niatan sedikitpun untuk pergi umroh guna memenuhi panggilan Allah yang satu itu. Memang sih ada beberapa lintasan pikiran untuk kesana, tapi klo kemudian memutuskan untuk menabung atau berusaha bagaimana bisa berangkat ke baitulloh, arahnya belum sampai sejauh itu. Rejeki syukuran dalam rangka 50 tahun AMBADAR merupakan anugrah yang sampai detik ini masih belum bisa ayah lupakan. Memberangkatkan seluruh karyawan tetap AMBADAR dalam rangka 50 tahun berdirinya ambadar adalah sangat jauh lebih baik dibandingkan acara syukuran penuh hura-hura disebuah hotel mewah lengkap dengan artis ibukota yang konon akan diadakan dalam rangka memperingati HUT ke 50 tahun AMBADAR.
Sebagai bayarannya, mereka hanya minta titip doa buat pendiri perusahaan yang notabene ayah mereka dirumah Allah yang mulia ini... dan dengan senang hati permintaan itu langsung ayah kabulkan lewat serangkaian doa yang ditutup dengan seuntaian alfatihah ketika ayah sholat di masjidil haram. Mengenai diterimanya atau tidak, hanya Allah yang berhak menentukan. Setidaknya itu salah satu ucapan rasa terimakasih ayah kepada penerus Ambadar yang dengan ikhlas melibatkan ayah dalam syukuran perusahaan mereka.
RUMAHKU ISTANAKU
Mulai dari punya rumah sendiri setelah sekitar 4 tahun tinggal sama orang tua walaupun sampai detik ini masih tinggal sama orang tua. Setidaknya suatu saat ingin mandiri, sudah ada rumah tempat bernaung bagi keluarga ayah. Walaupun masih pusing dengan cicilan DP dan isi rumah, setidaknya, sebagai sebuah insvestasi, rumah adalah sebuah investasi yang menarik. Tahun 2011 akhir, rumah yang kita cicil, Bumi Citra Asri, oleh pengembannya Riscon Realty masih dibandrol dengan harga 100 jutaan saja. Diawal 2012an mereka mulai menaikan harga menjadi hampir mendekati 150 juta. Sebuah insvestasi yang cukup menarik jika kita melihatnya sebagai sebuah insvestasi. Sayangnya baru di pertengahan tahun 2015 kita mulai memaksakan diri lebih tepatnya dengan segala daya upaya agar bisa memiliki sebuah rumah. Rumah tampat dimana kita bisa berkumpul kembali. Sebuah surga dunia dimana kita saling berkasih sayang. melihat ananda Hanin tumbuh besar dan Insya Allah menjadi saksi pernikahan kamu kelak jika saatnya tiba.
Tanggal 25 mei 2015 kita booking kavling. 5 Juli 2015, bunda memutuskan pindah kavling karena posisi huk yang ayah pilih kurang berkenan dihati bunda. 14 Agustus 2015 kita berhasil akad kredit dengan bank BTN dengan nilai plafon kredit yang disetujui 81 juta dari 126,5 jt yang kita inginkan. (plafon harga rumah subsidi) Alhamdullilah kekurannya harus dibayar cast keras selama 7x dari harga rumah yang sekitar 146.850 jt.
Setiap rumah ada rejekinya kata mba lisna, manajer marketing riscon yang menjawab kegundahan ayah dan bunda atas DP yang harus kita lunasi. 65,850 jt, sebuah angka yang sangat jauh dari prediksi awal yang sekitar 20 jutaan. Dengan pinjaman BSM 25jt dan BRI 30jt plus bonus kerja ayah di Ambadar tahun 2015 sekitar 5 juta ditambah hasil gadai emas bunda, alhamdullilah masalah DP terselesaikan. Memang benar adanya, setiap rumah ada rejekinya masing-masing. Allah tidak pernah berkata kaya dan miskin. yang ada hanya ada istilah kelebihan dan kecukupan. Semoga saja kelak, rumah ini bisa menjadi tempat berlindung kita dari segala perubahan cuaca, tempat saling berbagi kasih dan sayang, dan menjadi saksi kebahagiaan kita didunia, sebelum mencapai kebahagiaan abadi di akhirat kelak amien.