Tersebutlah sebuah cerita dari negeri awan mengenai kisah seorang pengusaha sukses yang ingin merubah haluan menjadi seorang pendidik hanya karena melihat betapa kayanya negeri awan tersebut namun penduduknya sebagian besar hidup dalam kemiskinan dan kebodohan.
Sebut saja namanya sie bun liong. Seorang anak batak yang lebih jawa daripada orang jawanya sendiri. Beliau adalah putra seorang pejabat teras bea dan cukai bapak Parlaungan pada masa awal kemerdekaan yang konon menurut cerita; sang ayah merasa belom menjadi pahlawan kalau belum pernah masuk penjara karena membela kebenaran. sebuah pemikiran idealis yang sangat sukar ditemui bahkan pada masanya, dan demi mewujutkan cita-citanya menjadi seorang pahlawan. Beliau memutuskan untuk menjadi saksi atas perbuatan rasuah atasannya yang seorang pejabat Belanda pada masa itu sehingga menimbulkan polemik luar biasa di negeri awan.
Dari sanalah mungkin sikap idealis itu menurun kepada Sie bun liong hingga menghantarkannya sukses menjadi seorang kontraktor terkenal jaman orde baru. Awal kariernya dimulai sebagai karyawan unilever selepas lulus sebagai sarjana teknik mesin angkatan 1959 di Yayasan Perguruan Tinggi Teknik (YPTT) Sepuluh Nopember.
Mulai berkecimpung di dunia bisnis bersama sang kaka dan merintis sebuah perusahaan konsultan perencanaan bagunan dan langsung menyabet beberapa proyek pemerintah yang saat itu tengah bercita-cita untuk mencapai swasembada beras. Kemudian usahanya melebarkan sayap menjadi beberapa anak perusahaan yang bergerak dibidang kontraktor gedung bertingkat, tambang batubara, bahkan suplayer peluru kendali TNI sudah dilaluinya dengan gemilang. Tetapi pencapaiannya saat itu tidak lantas membuat beliau lupa akan habitatnya sebagai seorang guru yang dibesarkan di lingkungan keluarga pendidik. Sehingga kemudian beliau memutuskan untuk pensiun dan mengalihkan sebagian besar bisnisnya ke bidang pendidikan sehingga sempat di ejek oleh pakar pendidikan IKIP saat itu bapak arif rahman "apa yang kamu bisa sumbangkan untuk dunia pendidikan kalau pendidikannmu saja teknik mesin" kelakar beliau saat itu.
Yayasan pendidikan Islam di daerah tambun, lalu sekolah swasta yang cukup berprestasi didaerah bandung dan sekolah keluarga di daerah surabaya tidak lepas dari tangan dingin beliau dengan kurikulum islamnya yang beliau temukan secara tidak sengaja justru ketika beliau berada di negara paman sam. Yang membuat beliau miris adalah, mengapa justru bangsa yahudi yang mengamalkan Kurikulum Islam sedangkan umat islamnya sendiri justru hanya bisa berpegangan pada Al-quran dalam tanda kutip Al-quran hanya dipakai untuk mengangkat seorang pejabat, ketika para pejabat itu melakukan korupsi, dimana letak imannya saat Alquran menjadi saksi ketika mereka diangkat kata beliau dengan miris.
Sepak terjang beliau di dalam dunia pendidikan tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Memecat seluruh kepala sekolah, sebagian besar guru dan membubarkan dewan pendiri sebuah sekolah di bandung adalah sebuah catatan hitam pada dunia pendidikan yang beliau torehkan pada masa itu demi opsesinya menjadikan sekolahnya seperti yang diinginkannya. Ini adalah rumah saya, kalau kalian tidak suka silakan kalian tinggalkan rumah ini adalah kalimat andalannya ketika dewan guru dan pendiri sekolah tidak mau menjalankan kurikulum Islam yang ditemukannya. Kapalpun sempat sedikit oleng karena para crew kapal mencoba membenturkan penumpang dengan pemilik kapan dan pemilik kapal dengan syah bandar.
penjelasan panjang lebar dan ikhtiar tiada henti justru menjadikan sekolah ini menjadi sekolah yang ramai peminat sehingga secara berlahan mulai berhasil melewati badai tersebut. Dengan sebuah analogi sederhana yang diterjemahkan kepada para penumpangnya sebagai berikut; ini adalah kapal saya, saya akan membawa kapal ini kesebuah tempat tujuan yang diinginkan oleh pemilik kita semua; mengembalikan fitrahnya manusia sebagai seorang pemimpin sehingga kurikulum di kapal ini adalah bagaimana para penumpang ini bisa bertahan hidup dengan berbagai badai kehidupan yang akan ditemuinya kelak. Sekarang pilihannya ada pada kalian para orangtua, apakah kalian ingin pindah ke kapal sebelah yang bertujuan untuk menciptakan manusia yang siap pakai dalam tanda kutip atau tetap berada dikapal ini yang akan membawa para penumpangnya kembali kepada fitrah manusia menjadi pemimpin dari penumpang kapal sebelah.
Dari beragai rintangan itulah sampai akhirnya beliau berkesimpulan bahwa, sesungguhnya guru bermental kepala sekolah adalah amunisi yang diperlukan oleh kita semua untuk sedikit demi sedikit merubah pola pikir bangsa ini menjadi maju. Dan sekolah kepala sekolah adalah salah satu cara mencapainya.
Dari sebuah pemikiran tersebutlah lahir sekolah kepala sekolah atau Indonesian Education Manajemen Institute atau IEMI yang dimotori oleh saudari eli dan ke 8 crew-nya yang kesemuanya justru bukan orang pendidikan dalam arti kata lulusan sekolah pendidikan seperti IKIP. tetapi mereka yang berkecimpung didalam dunia eksak atau diluar jalur pendidikan sebagaimana beliau yang lulusan teknik tetapi mencoba mengurusi pendidikan. Sayangnya setelah berganti baju menjadi LMPI dengan turun tahtahnya beliau dan dilanjutkan tongkat estafet kepemimpinan beliau kepada putrinya. Sinar ini serasa meredup.
Satu persatu visi beliau menjadi bias dan keluar jalur. Mendirikan lembaga tandingan bernama Research institute for islamic curriculum dan sepertinya melupan sekolah kepala sekolah yang beliau rintis ditambah lagi dengan isu tidak akuntablenya sekolah kepala sekolah itu membuat akhirnya semua crew memutuskan memilih jalurnya sendiri dalam mencapai tujuannya. Kapal kamipun pecah, walaupun sang putri tidak mau mengakuinya. tapi satu hal yang jelas, visi yang kami tangkap dari intisari pemikiran sie bun liong sudah terlalu bias dengan sang putri. Sehingga saya sebagai crew terakhir memutuskan untuk memecahkan kapal kami dan secara pribadi memutuskan untuk tidak lagi bergabung dengan kapal sang putri yang sudah keluar dari arah yang kami pahami selama ini.
Walau bagaimanapun, semua pemikiran beliau tentang dunia pendidikan telah membukakan hati ayah dan bunda mengenai bagaimana sebuah pendidikan itu sebenarnya dilakukan. Pendidikan yang harus bisa mengembalikan manusia kepada fitrahnya sebagaimana yang telah kami pelajari dari seorang sie bun liong. Seorang Bos - Guru sekaligus sebagai rekan sejawat ketika kapal kami mulai bisa mengarung di samudra luas.
Sayangnya, kami tidak bisa mengantisipasi penyusup yang menurut beliau harus segera dimusnakan. Karena bisa jadi temanmu yang lemah imannya akan megikuti bujuk rayu sang penghianat tersebut seakan kembali terngiang ketika beliau menyampaikannya kepada kami saat menceritakan sejarah sekolah salman al farisi kepada kami dalam kuliah rabuan beliau.
Yayasan pendidikan Islam di daerah tambun, lalu sekolah swasta yang cukup berprestasi didaerah bandung dan sekolah keluarga di daerah surabaya tidak lepas dari tangan dingin beliau dengan kurikulum islamnya yang beliau temukan secara tidak sengaja justru ketika beliau berada di negara paman sam. Yang membuat beliau miris adalah, mengapa justru bangsa yahudi yang mengamalkan Kurikulum Islam sedangkan umat islamnya sendiri justru hanya bisa berpegangan pada Al-quran dalam tanda kutip Al-quran hanya dipakai untuk mengangkat seorang pejabat, ketika para pejabat itu melakukan korupsi, dimana letak imannya saat Alquran menjadi saksi ketika mereka diangkat kata beliau dengan miris.
Sepak terjang beliau di dalam dunia pendidikan tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Memecat seluruh kepala sekolah, sebagian besar guru dan membubarkan dewan pendiri sebuah sekolah di bandung adalah sebuah catatan hitam pada dunia pendidikan yang beliau torehkan pada masa itu demi opsesinya menjadikan sekolahnya seperti yang diinginkannya. Ini adalah rumah saya, kalau kalian tidak suka silakan kalian tinggalkan rumah ini adalah kalimat andalannya ketika dewan guru dan pendiri sekolah tidak mau menjalankan kurikulum Islam yang ditemukannya. Kapalpun sempat sedikit oleng karena para crew kapal mencoba membenturkan penumpang dengan pemilik kapan dan pemilik kapal dengan syah bandar.
penjelasan panjang lebar dan ikhtiar tiada henti justru menjadikan sekolah ini menjadi sekolah yang ramai peminat sehingga secara berlahan mulai berhasil melewati badai tersebut. Dengan sebuah analogi sederhana yang diterjemahkan kepada para penumpangnya sebagai berikut; ini adalah kapal saya, saya akan membawa kapal ini kesebuah tempat tujuan yang diinginkan oleh pemilik kita semua; mengembalikan fitrahnya manusia sebagai seorang pemimpin sehingga kurikulum di kapal ini adalah bagaimana para penumpang ini bisa bertahan hidup dengan berbagai badai kehidupan yang akan ditemuinya kelak. Sekarang pilihannya ada pada kalian para orangtua, apakah kalian ingin pindah ke kapal sebelah yang bertujuan untuk menciptakan manusia yang siap pakai dalam tanda kutip atau tetap berada dikapal ini yang akan membawa para penumpangnya kembali kepada fitrah manusia menjadi pemimpin dari penumpang kapal sebelah.
Dari beragai rintangan itulah sampai akhirnya beliau berkesimpulan bahwa, sesungguhnya guru bermental kepala sekolah adalah amunisi yang diperlukan oleh kita semua untuk sedikit demi sedikit merubah pola pikir bangsa ini menjadi maju. Dan sekolah kepala sekolah adalah salah satu cara mencapainya.
Dari sebuah pemikiran tersebutlah lahir sekolah kepala sekolah atau Indonesian Education Manajemen Institute atau IEMI yang dimotori oleh saudari eli dan ke 8 crew-nya yang kesemuanya justru bukan orang pendidikan dalam arti kata lulusan sekolah pendidikan seperti IKIP. tetapi mereka yang berkecimpung didalam dunia eksak atau diluar jalur pendidikan sebagaimana beliau yang lulusan teknik tetapi mencoba mengurusi pendidikan. Sayangnya setelah berganti baju menjadi LMPI dengan turun tahtahnya beliau dan dilanjutkan tongkat estafet kepemimpinan beliau kepada putrinya. Sinar ini serasa meredup.
Satu persatu visi beliau menjadi bias dan keluar jalur. Mendirikan lembaga tandingan bernama Research institute for islamic curriculum dan sepertinya melupan sekolah kepala sekolah yang beliau rintis ditambah lagi dengan isu tidak akuntablenya sekolah kepala sekolah itu membuat akhirnya semua crew memutuskan memilih jalurnya sendiri dalam mencapai tujuannya. Kapal kamipun pecah, walaupun sang putri tidak mau mengakuinya. tapi satu hal yang jelas, visi yang kami tangkap dari intisari pemikiran sie bun liong sudah terlalu bias dengan sang putri. Sehingga saya sebagai crew terakhir memutuskan untuk memecahkan kapal kami dan secara pribadi memutuskan untuk tidak lagi bergabung dengan kapal sang putri yang sudah keluar dari arah yang kami pahami selama ini.
Walau bagaimanapun, semua pemikiran beliau tentang dunia pendidikan telah membukakan hati ayah dan bunda mengenai bagaimana sebuah pendidikan itu sebenarnya dilakukan. Pendidikan yang harus bisa mengembalikan manusia kepada fitrahnya sebagaimana yang telah kami pelajari dari seorang sie bun liong. Seorang Bos - Guru sekaligus sebagai rekan sejawat ketika kapal kami mulai bisa mengarung di samudra luas.
Sayangnya, kami tidak bisa mengantisipasi penyusup yang menurut beliau harus segera dimusnakan. Karena bisa jadi temanmu yang lemah imannya akan megikuti bujuk rayu sang penghianat tersebut seakan kembali terngiang ketika beliau menyampaikannya kepada kami saat menceritakan sejarah sekolah salman al farisi kepada kami dalam kuliah rabuan beliau.