MUNGKIN BESOK ANAK KITA AKAN BERTANYA, DIMANA AYAH SAAT KITAB SUCI KITA DIHINA?
“Iya, Ayah masih muda. Masih gagah,” jawabku. “Apa benar tahun 2016 terjadi penistaan al Qur’an?” tanyanya menggugah ingatanku.
“Iya, benar. Telah terjadi penistaan al Qur’an dan pelecehan terhadap ulama waktu itu,” jelasku.
“Ayah, saya baca di beberapa tulisan, tragedi itu menyulut reaksi
ratusan ribu kaum muslim seluruh Indonesia. Mereka menuntut agar penista
al Qur’an dihukum. Ayah ada di mana waktu itu?”
Aku membayangkan jika kelak anak-anakku bertanya tentang hal. Ya, sekira 15 atau 20 tahun yang akan datang, mereka membaca atau mendengar telah terjadi tragedi penistaan al Qur’an tahun 2016.
“Waktu itu Ayah masih muda, masih gagah. Dimana Ayah diantara ratusan ribu orang itu?” “Ayah, apa yang Ayah lakukan ketika al Qur’an dinistakan?” Kira-kira jawaban apa yang kelak aku berikan kepadanya?
Apakah aku akan menjawab, “Nak, waktu itu Ayah sibuk bekerja.”
Aku membayangkan jika kelak anak-anakku bertanya tentang hal. Ya, sekira 15 atau 20 tahun yang akan datang, mereka membaca atau mendengar telah terjadi tragedi penistaan al Qur’an tahun 2016.
“Waktu itu Ayah masih muda, masih gagah. Dimana Ayah diantara ratusan ribu orang itu?” “Ayah, apa yang Ayah lakukan ketika al Qur’an dinistakan?” Kira-kira jawaban apa yang kelak aku berikan kepadanya?
Apakah aku akan menjawab, “Nak, waktu itu Ayah sibuk bekerja.”
Jangan-jangan aku menjawab, “Nak, itu bukan urusan Ayah. Ngapain Ayah
ikut rame-rame begituan, dapat apa coba, kaya’ kurang kerjaan aja.”
Dan, anakku berkata, “Ayah, al Qur’an dilecehkan Ayah diam saja. Menganggap itu bukan urusan Ayah. Lalu urusan Ayah apa?”
Lamunanku buyar seketika.
Tidak! Aku akan berkata kepada anakku kelak. “Nak, Ayah ada di barisan terdepan. Ayah ada diantara jutaan orang itu.”
*"Ayah akan berangkat, Nak. Kelak Ayah akan cerita kepadamu bagaimana masa muda Ayah."*
Sumber: NU Garis Lurus
Dan, anakku berkata, “Ayah, al Qur’an dilecehkan Ayah diam saja. Menganggap itu bukan urusan Ayah. Lalu urusan Ayah apa?”
Lamunanku buyar seketika.
Tidak! Aku akan berkata kepada anakku kelak. “Nak, Ayah ada di barisan terdepan. Ayah ada diantara jutaan orang itu.”
*"Ayah akan berangkat, Nak. Kelak Ayah akan cerita kepadamu bagaimana masa muda Ayah."*
Sumber: NU Garis Lurus
Allah memang maha mengetahui apap yang akan terjadi.
Al Maidah 54: _"Allâh akan munculkan kaum yang benar2 Allâh mencintainya, dan mereka mencintai Allâh. Bersikap lembut pada mu'minin dan keras pada orang2 kafir. Tidak takut untuk berjihad dan tidak takut dicela"_
Al Maidah 54: _"Allâh akan munculkan kaum yang benar2 Allâh mencintainya, dan mereka mencintai Allâh. Bersikap lembut pada mu'minin dan keras pada orang2 kafir. Tidak takut untuk berjihad dan tidak takut dicela"_
Al-Maidah ayat 51 itu luar biasa.
Ayat2 setelahnya perlu dibaca juga....
Al Maidah 52: _"bahwa kita akan melihat kemunculan orang2 *munafik* yang merapatkan diri
justru pada orang yahudi dan nasrani tersebut untuk minta perlindungan.
Dan Allâh akan menurunkan putusan-Nya yang membuat orang2 munafik itu
menyesal"_
Al Maidah 53: _"akan makin jelas mana orang beriman, mana orang2 munafik"_
Al Maidah 54: _"Allâh akan munculkan kaum yang benar2 Allâh mencintainya, dan mereka mencintai Allâh. Bersikap lembut pada mu'minin dan keras pada orang2 kafir. Tidak takut untuk berjihad dan tidak takut dicela"_
Saat ini br terjadi ayat 52 (kemunculan org munafik......) dan 53 (akan makin jelas, mana org beriman , mana org munafik
Semoga kita menjadi bagian dari apa yg disebut didalam al maidah 54, Aamiiiiin.
(Abu daffa)
Al Maidah 54: _"Allâh akan munculkan kaum yang benar2 Allâh mencintainya, dan mereka mencintai Allâh. Bersikap lembut pada mu'minin dan keras pada orang2 kafir. Tidak takut untuk berjihad dan tidak takut dicela"_
Saat ini br terjadi ayat 52 (kemunculan org munafik......) dan 53 (akan makin jelas, mana org beriman , mana org munafik
Semoga kita menjadi bagian dari apa yg disebut didalam al maidah 54, Aamiiiiin.
(Abu daffa)
http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/16/11/16/ogpsro354-kabareskrim-ahok-tersangka-kasus-penistaan-agama
BalasHapus