Apalah bedanya hari ini dengan hari kemarin atau hari ini ditahun kemarin atau bahkan hari ini dengan hari esok. Bagi ajaran Islam, hari ini jelas harus berbeda dengan hari kemarin, dan hari esok harus lebih baik dari hari ini dalam kontek keimanan kita kepada Allah. Dan Alhamdullilah, walaupun masih dalam tahap belajar dan berusaha, Insya Allah ayah berusaha untuk menjadi muslim yang lebih baik dari hari ke hari.
Bukan bermaksud ria atau takabur, ayah sadar sepenuhnya bahwasanya usia ayah telah semakin berkurang hari demi hari, dan usia ananda Hanindiva juga semakin bertambah dalam angka tumbuh beranjak dewasa. Banyak waktu kita yang sudah dilalui bersama dan kesemuanya Insya Allah penuh dengan kebahagiaan dan rasa syukur. Ayah berani menjamin bahwa pertemuan kita yang sesaat sebelum ayah berangkat atau sesaat setelah ayah pulang mencari nafkah, ayah akan sekuat tenaga berusaha menciptakan sebuah pertemuan yang berkwalitas disela-sela pertemuan kita yang sesaat. Ditengah rasa lelah dan kantuk yang melanda, ayah harus bisa mengkondisikan dengan berusaha mencairkan suasana agar ananda hanindiva tetap memiliki kebersamaan yang penuh keceriaan baik itu dengan cara membacakan cerita, menemani mewarnai dan memberikan masukan dan penilaian atas hasil karya ananda, atau sekedar mengajak ananda menemani ayah makan malam ketika bunda telah kelelahan dan tertidur sedangkan ananda masih terlihat belum ada tanda-tanda kelelahan atau mengantuk dan sangat mengharapkan orangtuanya masih memiliki tenaga ekstra untuk menemani ananda menjemput kantuk.
Ayah juga suka merasa kecewa apabila bunda menuntut kita untuk menghabiskan waktu berdua saja misalnya entah itu sekedar berjalan-jalan di mall, belanja bulanan, atau undangan dan silahturahim tampa melibatkan ananda tercinta. mungkin bunda merasa bahwa kita berdua harus punya " me time " sendiri ditengah kesibukan kita berdua. Tapi tanpa melibatkan ananda, ayah rasa itu bukan sebuah keluarga. mudah"an bunda bisa mengerti mengapa saat itu terjadi ayah menjadi malas menanggapi oomongan bunda atau bahkan memasang wajah yang sangat tidak bersahabat.
hari ini, 16 November 2016; 3 tahun yang lalu kita menghabiskan waktu di rumah sakit karena ananda hanindiva kena penyakit campak. hari ini 2 Tahun yang lalu, kita juga menghabiskannya di rumah sakit karena ananda demam tinggi dengan diaknosa awal TB, syukur Alhamdullilah hasil tes mantoux-nya negatif sehingga kita semua merasa sangat bersyukur.
Dan hari ini, Ayah di kantor masih mencari nafkah dan begitupula dengan bunda, sedangkan hanindiva dengan sangat terpaksa harus kami titipkan pada embah karena secara mendadak, sabtu kemarin, 12 November 2016 pengasuh ananda WInda Utami memilih resign dan memutuskan untuk tinggal dikampung dengan alasan akan mengurus KTP. menurut bunda, sekitar 2 mingguan dan akan kembali lagi bekerja jikasaja kita pindah ke depok, Karena di rumah embah, mba winda merasa privasisasinya terganggu jilakau harus tidur di ruang tamu dan di kasur sofa pula. Jaman memang sudah berubah, dahulu pengasuh manut dan nurut apa kata pemberi kerja. Kenapa pas jaman ananda justru kita yang di dikte sama pengasuh ya.... Kalau ayah harus memilih, tentu saja sebagai seorang anak kita harus mengutamakan orang tua diatas segalanya, tapi sekali lagi situasi dan kondisinya sudah berubah. Makanya untuk langkah antisipasi darurat, kami memutuskan ananda untuk sementara dititipkan sama embah sampai kami mendapatkan seorang pengasuh yang baru yang bisa menerima situasi dan kondisi pekerjaannya, atau bunda berhenti bekerja. Sedangkan hutang ayah dan bunda untuk membeli rumah tempo hari masih harus kami cicil pembayarannya yang jika dihitung pakai akal manusia akan terlihat mengkhawatirkan dari sisi keseimbangan pasak dan tiangnya. Mungkin setelah situasi dan kondisinya memungkinkan opsi ini akan kami ambil. walaupun ketika ayah membaca artikel dibawah ini, ayah merasa sangat meringis. Doain kami ya nak, agar kami bisa menebus hutang yang katanya bisa membikin makan tidak enak dan tidurpun tidak nyenyak itu ;-(
Sadarkah Kalian yang Suka Menitipkan Anak Pada Orang Tua Kalian
Ketahuilah Dosa nya..!
Di zaman saat ini ini, tak sedikit para ibu yang punyai pekerjaan di luar tempat tinggal menitipkan anaknya kepada kakek atau neneknya, entah semata-mata memberi sebagai bentuk bakti atau serupa gaji karena anak dititipi.
Tak dapat disangkal bahwa kewajiban mendidik anak adalah tanggungjawab utama orangtua kandung, karena mereka adalah amanat mulia yang dititipkan Allah pada kita dan insyaallah bisa menjadi investasi amal kebajikan di kemudian hari.
Namun, alih-alih memanfaatkan kesempatan menanamkan buah kebajikan pada anak, banyak orangtua yang mengalihkan sebagian besar waktu penjagaan kepada orang lain khususnya kepada ibu sendiri atau ibu mertua. Salah satu alasannya adalah demi mengejar karir.
Dalam masalah ini, cobalah kita bertanya pada diri kita sendiri dengan nurani. Apakah perbuatan kita tersebut bisa dikatakan benar dan bisa dibenarkan secara syariat atau tak?
Pertama, tanyakan dalam hati sanubari kita, apa sebenarnya yang melandasi perbuatan tersebut? Apakah karena orangtua kita lebih baik dalam mendidik anak-anak kita Atau hanya demi mengejar karir?
Kedua, pastikan apakah orangtua kita merasa terhibur dengan kehadiran cucu-cucu di rumahnya setiap hari? Atau malah mengganggu kesibukan mereka, orangtua kita dengan usianya yang semakin senja dan tubuh yang tak seoptimal dahulu malah merasa kelelahan dan terbebani.
Apalagi jika kita tak memberikan bakti berupa uang lagi setelah orangtua kita berhenti menjaga anak-anak kita. takkah hal itu akan membuat orangtua merasa bahwa mereka hanya digaji karena menjaga anak-anak kita?
Perhatikanlah, jika niat kita hanya meraih jenjang karir yang tinggi kemudian orangtua terbebani maka perbuatan kita termasuk dzalim dan hal itu merupakan dosa.
Dosa karena telah mengesampingkan kewajiban mendidik anak sekaligus mendzalimi orangtua kita. Naudzubillah min dzalik.
Dan hari ini, Ayah di kantor masih mencari nafkah dan begitupula dengan bunda, sedangkan hanindiva dengan sangat terpaksa harus kami titipkan pada embah karena secara mendadak, sabtu kemarin, 12 November 2016 pengasuh ananda WInda Utami memilih resign dan memutuskan untuk tinggal dikampung dengan alasan akan mengurus KTP. menurut bunda, sekitar 2 mingguan dan akan kembali lagi bekerja jikasaja kita pindah ke depok, Karena di rumah embah, mba winda merasa privasisasinya terganggu jilakau harus tidur di ruang tamu dan di kasur sofa pula. Jaman memang sudah berubah, dahulu pengasuh manut dan nurut apa kata pemberi kerja. Kenapa pas jaman ananda justru kita yang di dikte sama pengasuh ya.... Kalau ayah harus memilih, tentu saja sebagai seorang anak kita harus mengutamakan orang tua diatas segalanya, tapi sekali lagi situasi dan kondisinya sudah berubah. Makanya untuk langkah antisipasi darurat, kami memutuskan ananda untuk sementara dititipkan sama embah sampai kami mendapatkan seorang pengasuh yang baru yang bisa menerima situasi dan kondisi pekerjaannya, atau bunda berhenti bekerja. Sedangkan hutang ayah dan bunda untuk membeli rumah tempo hari masih harus kami cicil pembayarannya yang jika dihitung pakai akal manusia akan terlihat mengkhawatirkan dari sisi keseimbangan pasak dan tiangnya. Mungkin setelah situasi dan kondisinya memungkinkan opsi ini akan kami ambil. walaupun ketika ayah membaca artikel dibawah ini, ayah merasa sangat meringis. Doain kami ya nak, agar kami bisa menebus hutang yang katanya bisa membikin makan tidak enak dan tidurpun tidak nyenyak itu ;-(
Sadarkah Kalian yang Suka Menitipkan Anak Pada Orang Tua Kalian
Ketahuilah Dosa nya..!
Di zaman saat ini ini, tak sedikit para ibu yang punyai pekerjaan di luar tempat tinggal menitipkan anaknya kepada kakek atau neneknya, entah semata-mata memberi sebagai bentuk bakti atau serupa gaji karena anak dititipi.
Tak dapat disangkal bahwa kewajiban mendidik anak adalah tanggungjawab utama orangtua kandung, karena mereka adalah amanat mulia yang dititipkan Allah pada kita dan insyaallah bisa menjadi investasi amal kebajikan di kemudian hari.
Namun, alih-alih memanfaatkan kesempatan menanamkan buah kebajikan pada anak, banyak orangtua yang mengalihkan sebagian besar waktu penjagaan kepada orang lain khususnya kepada ibu sendiri atau ibu mertua. Salah satu alasannya adalah demi mengejar karir.
Dalam masalah ini, cobalah kita bertanya pada diri kita sendiri dengan nurani. Apakah perbuatan kita tersebut bisa dikatakan benar dan bisa dibenarkan secara syariat atau tak?
Pertama, tanyakan dalam hati sanubari kita, apa sebenarnya yang melandasi perbuatan tersebut? Apakah karena orangtua kita lebih baik dalam mendidik anak-anak kita Atau hanya demi mengejar karir?
Kedua, pastikan apakah orangtua kita merasa terhibur dengan kehadiran cucu-cucu di rumahnya setiap hari? Atau malah mengganggu kesibukan mereka, orangtua kita dengan usianya yang semakin senja dan tubuh yang tak seoptimal dahulu malah merasa kelelahan dan terbebani.
Apalagi jika kita tak memberikan bakti berupa uang lagi setelah orangtua kita berhenti menjaga anak-anak kita. takkah hal itu akan membuat orangtua merasa bahwa mereka hanya digaji karena menjaga anak-anak kita?
Perhatikanlah, jika niat kita hanya meraih jenjang karir yang tinggi kemudian orangtua terbebani maka perbuatan kita termasuk dzalim dan hal itu merupakan dosa.
Dosa karena telah mengesampingkan kewajiban mendidik anak sekaligus mendzalimi orangtua kita. Naudzubillah min dzalik.