Senin, 23 Juni 2014

TUMBUH GIGI MEMBUAT NGA ENAK MAKAN

CERITA AYAH


Menyambung tulisan ayah sebelumnya tangisan-pertamamu.html Ayah ingin bercerita mengenai Hanindiva dan kepindahan kerumah enin di depok. Awalnya ayah mengira bahwa proses adaptasi membuat ananda Hanin sedikit tidak bernafsu dalam mengunyah makanan yang bunda suapi ke Hanin sepulang kami dari beraktifitas. Om Anto pernah bercerita kepada Ayah bahwa proses pergantian pengasuh biasanya sedikit banyak berpengaruh terhadap perkembangan seorang anak. Tapi ayah pikir, anak hebat ayah tidak seperti anak kebanyakan lainnya. Hanin terkenal hebah dalam bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungan baru. Dikenal pula sebagai perempuan yang tidak takut terhadap orang baru, pandai membaur, serta gaya bicaranya yang belum banyak dipahami oleh orang dewasa kadangkala justru menjadi daya tarik tersendiri yang membuat kami semua tersenyum bahagia. Ya, itulah Hanindiva yang kita kenal. jadi kepindahan kita ke Depok ayah rasa tidak menjadi kendala yang berarti.

Sampai 1 bulan kita tinggal di Depok, nafsu makan Hanindiva belum juga kembali seperti sedia-kala. Setelah melalui proses pencarian menyimpulkan bahwa pertumbuhan gigi geraham atas dan bawah, gigi samping atas dan bawah sebelah kiri dan ataslah yang menurut kami menyebabkan nafsu makan Hanin menurun drastis. Dari yang biasanya bunda kewalahan menyuapi karena sibuk memisahkan duri ikan kesukaan hanin dibandingkan jeda waktu mengunyah yang membuat kami semua bersyukur bahagia. Seorang Hanindiva memiliki pola dan nafsu makan yang sangat baik, kini tiba-tiba menjadi anak yang sukar makan. 

Ketika ada tawaran piknik dengan biaya pribadi ke Taman Safari Indonesia, tanggal 31 Mei 2014, Ayah langsung memutuskan untuk ikut turut serta. Walaupun rasanya cukup berat untuk menanggung biaya Rp. 208 ribu/orang dewasa dan Rp. 117 Ribu/anak pada akhir bulan tidak menyurutkan tekat ayah untuk turut berpartisipasi. Insya Allah niat ayah membawa Hanin melihat pola dan tingkah laku binatang bisa mengembalikan nafsu makan Hanin seperti sediakala. Puji Syukur kepada Allah ayah panjatkan atas segala karunianya karena disamping mendapatkan harga spesial dari panitia, proses pembayarannya-pun atas turut campur Allah lewat jalan yang tidak disangka-sangka. Alhamdullilah kendala pertama berhasil dilalui.

Sabtu pagi bunda sudah sibuk didapur menyiapkan omlet kentang resep dari orangtua murid bunda khusus diracik untuk Hanindiva tercinta. Singkat cerita, jam 5 bunda beres, lalu menggantikan baju Hanin yang saat itu masih terlelap, sementara Ayah menyiapkan perbekalan dan segala sesuatu yang harus dibawa karena pulang dari Taman Safari kita sudah merencanakan untuk menginap di Gondrong untuk melepas kangen Embah dan anti Indri dengan Hanindiva.  

kalau biasanya kebanyakan anak kecil lainnya menagis ketika tidurnya merasa terganggu, justru ayah menemukan seutas senyuman termanis seorang Hanin ketika terjaga dari tidurnya sesaat ketika bunda mengganti piyama tidur dengan baju untuk pergi membuat sekali lagi bunda dan ayah tak henti-hentinya mengucapkan syukur kepada Allah. Subhanalllah, spontan bunda berucap yang memancing ayah untuk menoleh dan turut menikmati pemandangan yang sangat menakjubkan dipagi itu. Hanindiva, Putri tercinta kami memang indah dipandang mata (qurrotaaini).

Sabtu pagi, Jam 5.30 dengan dilepas oleh enin dan mba winda kita berangkat naik motor ke kantor ayah dimana bis telah menunggu. Sekitar jam 6.20 sampai 6.30 tak henti-hentinya panitia menghubungi hp ayah guna menanyakan kabar lokasi kita. Maklum saja nak, karena ayah membawa 2 wanita istimewa dalam hidup ayah, maka ayah nga mau mengambil resiko. lagipula perjanjian awalnya adalah 6.30. karena mereka memprediksi buka tutup jalur puncak, maka secara sepikah mereka memajukannya menjadi pukul 6.00 sebagai waktu berkumpul yang disepakati. Alhamdullilah, biar lambat asal selamat, 6.35 kita tiba di dikantor dan langsung memarkir motor di baseman floors kantor. Tampa menunggu lama, bis-pun berjalan memasuki jalan MH Tamrin, melewati semanggi dan masuk Tol dalam kota. 

Perjalanan sampai ciawi berjalan dengan lancar, hambatan mulai dirasakan ketika bis keluar dari tol dan memasuki kawasan puncak. antrian panjang mulai terlihat selepas tol membuat juru mudi memutuskan untuk memutar haluan kearah sukabumi untuk berputar di pasar ciawi menuju Puncak. Baru beberapa menit bis berjalan merayap, waktu buka tutup jalur puncak ternyata telah diberlakukan. Persis depan sebuah pom bensin kita berhenti selama kurang lebih 1 jam. kesempatan ini tidak disia-siakan oleh banyak rekan-rekan ayah yang turun untuk ke kamar mandi. Termasuk juga kaka Abiayan teman baru Hanin yang harus buang air besar dan mengganti popoknya. sedangkan hanin, asik mengunyah omelet buatan bunda. emmmmm, nyamieeeee.

waktu mendekati jam 10 pagi ketika bus mulai memasuki area binatang Taman Safari. Hanin yang lagi asik makan omelet made iin bunda awalnya tidak terpengaruh dengan keramaian yang terjadi didalam bus yang heboh ketika ada seekor macan menyebrang jalan dan menghalangi bus yang kita naiki. Baru setelah ayah gendong kamu ke kaca dimana terlihat beragam binatang yang lucu dan menggemaskan senyuman Hanin mulai menghiasi suasana. Ha.. ha... ha..., dari banyak peserta yang ikut, ternyata lebih heboh para orangtuanya dibandingkan anak-anaknya. Jadi sebenarnya ini acara anak-anak apa sekumpulan orangtua yang norak ya ;-)

Turun dari bis kita semua mulai berpencar. Arena permainan pertama yang kita bertiga nikmati adalah naik kereta mini. Bersama tante Ipeh dan tante Risma, kita ikut mengantri kereta mini yang baru saja berangkat. Sayangnya gerimis yang berlangsung sedikit mengurangi kenyamanan kita menikmati jalannya kereta api. walaupun Hanin terlihat sangat senang karena gemericik air hujan yang mengenai sebagian tangan dan kaki. Bunda dengan sigap melindungi kepala hanin dari terpaan air hujan.

Selepas kereta pilihannya adalah antara makan dan sholat dzuhur. Dan kami semua memutuskan untuk makan dahulu mengingat Hanin, Abiayan, dan lifki belum sarapan berat. Gado-gado yang bunda pesan manya dimakan sedikit oleh Hanin. Ya Alhadullilah, setidaknya ada asupan berat yang masuk cetus ayah kepada bunda. 

Lepas dari makan dan ketika ayah membeli tiket bis keliling, ternyata tante Risma dan tante Ipeh meninggalkan kita. Jadilah kita bertiga bengong sendiri sebelum akhirnya memutuskan untuk naik bis keliling dan memutuskan untuk tidak turun di wahana koboy karena melihat kondisi Hanin yang terlelap dipangkuan bunda. Suara berisik dari pistol yang meletup-letup menjadi alasan utamanya. Begitu pula dengan wahana aneka satwa dan atraksi pinguin. Sampai diterminal bis keliling atas, kita turun dan sholat sambil menunggu Hanin terbangun lalu kita kembali berkeliling.

Ternyata ada yang penasaran loeh de, waktu ayah memutuskan untuk masuk ke rumah hantu, bunda terlihat ragu. teguran petugas yang tidak mengijinkan anak balita untuk masuk membuat bunda langsung spontan keluar dari barisan antrian. 5 menit setelah ayah masuk lengkap dengan cerita situasi dan keadaan didalam kembali membuat kebimbangan bunda bertambah, antara takut dan penasaran. Untung aja kita ketemu om Arif dan naila anaknya yang berusia sekitar 10 tahun. dorongan dari ayah untuk mengurangi ketakutan bunda ditambah keberhasilan ayah melobi kaka Naila untuk pindah duduk dengan bunda sementara Om arif duduk sendiri di depan mereka. 

ha..ha..ha.., tau nga nak, bunda keluar dengan tangan gemetaran dan muka yang sedikit pucat. sementara kaka Naila ter-senyum" sendiri. Bahkan sampai kerumahnya Om arif cerita sama ayah keesokan harinya kalau cerita Naila menemani bunda yang ketakutan diceritakannya kepada semua orang dirumahnya sebagai bagian dari rangkaian cerita Naila hari itu. 

Naik bangku melayang dengan dipangku bunda adalah momen yang baik buat Hanin untuk tampil berani walaupun pada awalnya sedikit takut dan tegang. Pelukan seorang ibu menurut ayah yang menjadikan Hanin nyaman dan mulai bisa tersenyum. Sehingga inilah saat yang tepat bagi ayah untuk mengabadikan momen tersebut lengkap dengan gambar hidupnya (video) karena posisi ayah yang berada didepan kalian membuat ayah leluasa mengambil gambar kalian. 

Makan sudah, melihat binatang juga sudah, keliling menaiki beberapa wahana seperti kincir angin, dan bangku melayang juga sudah. kini saatnya kita pulang. Persis jam 5 bis mulai bergerak pulang, walaupun merambat karena hujan dan kemacetan didaerah puncak, Alhamdullilah sekitar jam 8 kita sudah sampai kembali dikantor ayah. Hujan yang belum juga berhenti membuat Bunda memutuskan untuk naik taksi saja kerumah embahnya. Sepanjang perjalanan di bis hanin tertidur dengan lelap, mungkin setelah memulihkan tenaga, di taxi biru hanin terlihat ceria. mulai dari duduk dilantai taxi, melihat keramaian jalan jakarta dimalam hari sampai heboh membongkar plastik makanan yang diberikan oleh tante Nita di bis tadi pagi. Baterainya sudah penuh di charge nih bun, tutur ayah pada bunda.

Temu kangen bersama Embah dan Anti Indri lengkap dengan Hanin yang senang melihat binatang dan Ayah yang sempat berfoto bersama macan adalah rangkaian cerita yang tak henti-hentinya di tuturkan bunda kepada Embah dan Anti. Siangnya kita kembali pulang ke depok setelah sebelumnya mengambil motor dahulu dikantor ayah. Selepas sholat ashar kita berangkat melewati PGC sambil sekalian melepas magrib Bunda meminta ayah untuk mampir ke HookBen. Ada haru dan suka cita disana. Setelah sebulan lamanya Hanin kurang bernafsu makan, Ayah dan bunda seakan menemukan kembali Hanin yang hilang, seorang Hanin yang makan dengan lahapnya membuat bunda meneteskan air mata seakan menjawab doanya selama ini. Terimakasih Tuhan, engkau kembalikan nafsu makan anak kami. 

Minggu malam disertai gerimis perjalanan Menteng sampai PGC dan menyaksikan saat dimana Hanindiva makan dengan lahap serta perjalanan yang lancar dan selamat sampai kembali ke depok adalah rangkaian cerita yang selalu ayah dan bunda kenang. bahkan acap kali kita lewat depan PGC, bunda selalu tersenyum mengenang ini. Nga sia-sia antrian panjang saat keluar dari parkiran yang mengular ya yah, klo akhirnya kita bisa menyaksikan anak kita kembali makan dengan lahapnya. Allah membayar kesabaran kita dengan indah ya bun ..... ucap ayah sambil menggenggam tangan bunda yang melingkar di pingang ayah ketika kita berangkat kerja keesokan harinya. 

 












Selasa, 03 Juni 2014

TANGISAN PERTAMAMU

CERITA AYAH:

Sore kemarin selepas jam kerja, biasanya sebelum pulang ayah bersosialisasi sejenak menyapa teman atau sekedar membaca status mereka via FB. Silahturahmi yang murah meriah. kata orang bijak, silahturahmi itu mendatangkan rejeki dan memanjangkan usia. Tapi kali ini ayah dapat pesan menarik dari bunda kamu, iya, ternyata selepas turun dari bis bunda mampir dulu ke margo untuk beli buah buat kamu sambil sekalian cuci mata. Hasilnya, boneka lumba" biru berhasil dibawa bunda dengan harga 10 ribu. 

"Senengnya anaknya yahhh", kata bunda dengan gembira. sebenarnya ayah mau pulang tepat waktu, tapi maaf ya nak, kondisi ayah kemaren lagi kurang fit karena berolah raga tampa pemanasan dulu. Ceritanya, setelah ayah mengantarkan bunda ke sekolah, ayah mendapat sebuah musibah nak. Rantai motor ayah copot. Memang sih dah beberapa hari ini bunyinya mulai kencang, ayah pikir karena kering aja makannya ayah beli minyak rantai dan sebelum berangkat ayah sempat menyemprotkannya tapi justru malah jadi begini. Ya Sudahlah, kata Allah, Dia selalu punya rencana hebat atas umat-Nya. Dari pom bensin pemuda sampai utan kayu terpaksa ayah mendorong motor kita. Dan tadi pagi ayah penasaran mengitung jaraknya dengan cara menyusuri kembali rute dorong motor kemarin dan hasilnya keluarlah angka 2,3 KM. Alhamdullilah, ternyata karena ayah kurang olahraga, Allah memaksa ayah dengan caranya yang super Indah. 

Pulang selepas azan Isya ditambah kemacetan disekitar ps kramat jati menjadikan ayah semakin letih. Mungkin dengan menonton TV sambil makan beberapa potong kue bisa sedikit memberikan energi baru buat ayah. Eh ternyata bunda bangun nak. Rupanya dia lapar karena belum makan malam setelah menemanimu tidur pada jam 8 semalam. Sedangkan ayah baru sampai rumah jam 10. Yaaaaah, hari ini ayah belum beruntung nga bisa menikmati momen kamu melepas kantuk dan terlelap tidur. Hanindiva Amirah Mazaya anak ayah sudah tidur sebelum ayah sampai rumah. Tetapi sekali lagi Allah maha baek sama ayah. Pukul 10.30 atau ketika ayah mandi, sayup terdengar suara tangismu. 

Dengan kondisi yang segar selepas mandi ayah mendapai kamu sedang digendong bunda karena mau dibikinkan susu. Langsung aja dengan semangat ayah gendong kamu sambil ayah cium dengan penuh cinta. Terbayar sudah letih dan capainya setelah mencari nafkah seharian. ayah punya setegah jam waktu bermain dengan kamu. tapi sayang, kelelalah ayah tidak bisa maksimal menemani hanin bermain. Rasa lelah dan kantuk ayah memaksa ayah untuk mengistirahatkan raga ini. Dan bodohnya lagi, waktu yang sempit itu ayah isi dengan sedikit omelan karena cream penghilang gatal yang baru saja diolehkan bunda keleher Hanin yang gatal dijadikan mainan oleh kamu dengan cara ikut mengoleskan ke pipi kamu yang ngegemesin, seolah meniru bunda berdandan. Mungkin karena sedikit keras ayah memberitahukan bahayanya jika saja kena mata, dan hasilnya; ayah mendapatkan wajah Hanin yang sedih seakan mau menangis. Ini adalah tangis pertama kamu karena ayah. Mungkin karena baru bangun ya malam itu kamu sedikit melow, atau memang kamu sudah mulai mengerti dan bisa membaca situasi. Entahlah, yang jelas ayah jadi merasa bersalah banget dan memeluk kamu dengan penuh cinta. dan Subhanalloh-nya, kamu membalasnya dengan pelukan erat ke Ayah. Dari situ ayah berkesimpulan bahwa permintaan maaf ayah sudah diterima. makasih ya nak sudah mau memaafkan ayahmu. Sebelum sholat, ayah menerahkan kamu kembali ke bunda untuk minum susu. tak henti"nya ayah bersyukur kepada Allah atas 2 wanita hebat didepan ayah. Ya Allah terimakasih atas karunia yang engkau berikan ini, semoga menjadikan hamba orang yang slalu bersyukur kepadaMu. 

Oiya, Insya Allah cerita hari Sabtu, 31 Mei kemarin saat kita tamasya ke Taman Safari dirangkai dengan cerita kita Mudik ke gondrong setelah pulang dari Taman Safari dan kembali keesokan harinya lengkap dengan momen hebat Hanindiva di HokBen akan ayah coba rangkai dicerita ayah berikutnya. Doakan ayah bisa tetap sehat dan kuat ya nak...

HR Building, Selasa 3 Juni 2014. 08.04 WIB