Kamis, 23 Oktober 2014

Hermina depok, 21 Oktober 2014

Semuanya berawal dari makanan. Ya, sudah 1 minggu ananda Hanin kurang berselera makan. Orangtua mana yang tidak merasa khawatir ketika anaknya tidak berselera makan? Sedangkan makanan bagi seorang anak adalah hal terpenting karena dalam masa pertumbuhan.   
sudah berbagai makanan kita coba tawarkan. Mulai dari ayam kriuk, ikan lele, roti, sayur mayur sampai coklat dan es cream diusahakan demi ada yang masuk ke tubuh ananda. tapi memang hanya 2 makanan terakhir itulah yang bisa masuk itupun dengan sedikit saja. biasanya klo udah ngeliat bungkus coklat atau es cream, belum juga dibuka pasti ananda sudah bersorak kegirangan.
Semua panik, semua repot dan semua menyarankan sesuatu, tapi tetap saja belum ada obat yang manjur untuk menenangkan kami berdua sebagai orangtua Hanin. Walaupun Hanin masih minum asi, suatu hal yang sedikit banyak bisa membuat hati sedikit tenang karena minimal asupan gizi dasar yang diperlukan seorang balita bisa terpenuhi. tapi sampai kapan. bulan depan usia Hanin menginjak 2 tahun, sebuah batasan atas seseorang mendapatkan ASI eklusif. Sebuah usaha sendiri sudah, melibatkan Allah juga sudah dilakukan lewat untaian doa dan permohonan. tapi rasanya jugalah kurang tepat apabila kami sebagai orangtua tidak melibatkan orang lain yang memang ahlinya, ya, seorang dokter yang memang karena keilmuannya menjadi lebih berkopeten dalam memberikan rujukan mengenai keadaanmu nak.
Sejak asupan makanan berkurang drastis, otomatis makanan yang dicerna juga berkurang yang berimbas kepada kotoran yang dikeluarkan menjadi cair dan sedikit menghawatirkan kami. Atas saran enin, maka kita sepakat membawa ananda Hanin ke RS Remina Depok selasa malam, 21 Oktober 2014. Setelah melalui serangkaian tes dan berkonsultasi guna mencapai hasil terbaik bersama dr Handarmi, Sp. A rujukannya adalah perawatan inap. dengan disposisi bahwa perawatan disini lebih mudah terpantau untuk dilakukan tindakan preventif yang bisa dilakukan dibandingkan dengan perawatan jalan. Insya Allah jika terapi obatnya cocok, nanda Hanin bisa segera dibawa pulang.

Serangkaian tes pertama yang dilakukan setelah mendapatkan kamar adalah mencoba melihat kondisi lambung dengan tes ronsen disambung dengan pemeriksaan darah dan pup. Syukur alhamdullilah, keadaan fasesnya mulai mengeras yang mengindikasikan bahwa buang air besarnya sudah mengarah ke pemulihan. namun dr Hendarmi justru melihat bahwa ronsen dada ananda Hanin ada sedikit kotor. Indikasi awal dari Tubekolosis, yang ditandai dengan seringkalinya sang anak yerkena batuk yang berkepanjangan dan lama sembuhnya. Memang demikianlah keadaannya. toeh kami pikir mungkin karena cuaca yang kurang kondusif ditambah stamina tubuh yang lagi menurun dan asupan makanan yang kurang lengkap salah satu penyebab batuknya ananda. 

Indikasi buang air besarnya yang encer dan cenderung cair sudah mulai membaik, namun dokter menyarankan untuk dilakukan pemeriksaan mantoux (http://id.wikipedia.org/wiki/Tes_Mantoux) guna memastikan ada tidaknya indikasi TB dalam tubuh ananda Hanin. 

26 Oktober kita melakukan kontrol ke RS Meilia Cibubur yang juga menjadi tempat prakter dari dr Hendarmi yang kami pilih karena bertepatan dengan hari sabtu, karena disamping waktunya lebih leluasa karena hari libur, setidaknya sedikit memberikan kepada kami sebagai orangtua untuk lebih bisa mencari berbagai opini tambahan seandainya perlu tindakan pemulihan lanjutan.

Sekali lagi pelibatan Allah dalam masalah ini menjadikan keringanan dan kemudahan selalu menyertai. Waktu periksa dan konsultasi yang lebih lama bisa kita dapatkan saat itu. Sumber rujukan dan suasana rumah sakit yang nyaman dan tidak terlalu ramai juga tergambar jelas ketika itu. Dan yang terpenting, hasil tes-nya negatif.

Alhamdullilah wa syukurrillah. Ananda Hanin mulai lahap kembali makannya sebagai indikasi awal pemulihan. Biaya rumah sakit ter-recovery sebagian besar oleh asuransi prudential yang bunda ikuti buat nanda Hanin, dan yang terpenting keceriaan Hanin itu adalah obat terbaik buat kami. Allah maha bijaksana, Dia tidak akan memberikan coabaan diluar kemampuan hambanya. Potret gaya nanda Hanin diacara syukuran khitanan kaka Andrey menjadi bukti kita semua kalau Allah memang sayang sama kita

 

Senin, 07 Juli 2014

Mba Winda pengasuhku

CERITA AYAH
Suatu sore teman ayah pernah bercerita kalau seandainya saja dia memiliki uang sekoper, apakah mungkin akan mempercayai kuncinya dipegang oleh seorang pembantu. Jika tidak, mengapa banyak dari teman-teman, termaksud ayah sendiri yang lebih mempercayai pola pengasuhan anaknya oleh seorang pengasuh yang mungkin SD saja tidak tamat. Apakah seorang anak tidak lebih berharga dari sekoper uang? 
Ada pula cerita mengenai seorang ibu yang disindir sama temannya karena memiliki pendidikan yang tinggi lulusan universitas negeri ternama Indonesia tetapi lebih memilih menjadi ibu rumah tangga saja. Dengan bahagianya sang ibu menjawab setidaknya anak saya mendapatkan pola asuh terbaik dari orang yang sangat mencitainya dengan setulus hati yang notabene juga merupakan lulusan terbaik universitas negeri ternama dinegeri ini, dibandingkan dengan anak kamu yang mungkin SD saja tidak tamat.

dari kedua cerita diatas sebenarnya ayah lebih merasa tersinggung dengan cerita kedua. Pertama karena cerita itu mirip dengan kisah kita, cerita ini juga sedikit banyak mengorek rasa keibuan siapapun juga yang membacanya. Dan mungkin dari semua ibu yang ada didunia ini, kalau dia memang benar seorang ibu jika memakai bahasa pak ustad, pasti tidak akan rela menyerahkan anaknya dibawah pengasuhan seorang pembantu. begitu juga dengan ayah dan bunda - ketika mereka bercerita kepadaku kelak. Mungkin jika situasi dan kondisinya sudah memungkinkan, ceritanya akan berbeda.  Dan satu hal yang sangat ditekankan oleh ayah kepada bunda, apappun pilihan profesi bunda, Insya Allah jika itu baik, pasti ayah support. Menjadi Ibu Rumah Tangga itu pilihan yang bijaksana, tetapi menjadi guru juga pekerjaan mulia. Insya Allah setiap anak yang diajarkan oleh bunda dan menjadi pandai akan menjadi amal jariah sepanjang usia anak-anak tersebut.

16 Oktober 2014 adalah hari kelahiran gadis ini 15 tahun yang lalu, walaupun waktu itu dia mengaku baru berumur 16 tahun ketika bunda meminta KTP-nya sebagai bagian dari bentuk wawancara ketika pertama kali kita semua bertemu dengannya, toeh akhirnya mba Winda mengakui juga bahwa usianya saat ini baru menginjak 15 tahun. Hal ini diceritakan bunda kepada ayah pada suatu malam selepas kami berdua mengeloni Hanin sampai tertidur.
"emang gimana ceritanya dia bisa ngaku?" cetus ayah ketika bunda menceritakan bahwa sebenarnya Mba winda baru berusia 15 tahun.
emang si pertamanya dia mancing-mancing percakapan dengan mengatakan bahwa "memang tampang saya sudah tua ya bu" cetusnya sambil mancuci dot susu.
"kenapa emang, dah mau kawin ya? balas bunda nga kalah sibuk"
"engga bu, cuma mau tanya aja, sebenarnya Oktober nanti saya baru 15 tahun loeh bu?"
"oallllla ndoe .... ndoe...., kenapa juga kamu pake bohong segala?"
"disuruh mas xxxx (perantaranya waktu dia ngelamar kerja) katanya dengan polosnya"

Tanggal 27 April 2014, adalah hari pertamanya bekerja dirumah kita. Dengan membayar penggantian transport jemput Rp. 500.000 akhirnya mba Winda resmi menjadi pengasuh Hanin. Berselang 3 hari kemudia, akhirnya kita semua pindah ke Depok. 

Semoga saja ini jawaban do'a ayah. Dikirimkan seorang pengasuh yang mencintai Hanindiva sepenuh hati dan bekerja tulus dan Ikhlas karena Allah, bukan ketika didepan kita saja atau ketika ada yang mengawasi. tapi dari gelagatnya, ayah bisa baca kalau sesungguhnya mba winda memang seorang pencinta anak. setidaknya ini hasil opservasi sementara ayah kepadanya dalam beberapa hari ini. 






Senin, 23 Juni 2014

TUMBUH GIGI MEMBUAT NGA ENAK MAKAN

CERITA AYAH


Menyambung tulisan ayah sebelumnya tangisan-pertamamu.html Ayah ingin bercerita mengenai Hanindiva dan kepindahan kerumah enin di depok. Awalnya ayah mengira bahwa proses adaptasi membuat ananda Hanin sedikit tidak bernafsu dalam mengunyah makanan yang bunda suapi ke Hanin sepulang kami dari beraktifitas. Om Anto pernah bercerita kepada Ayah bahwa proses pergantian pengasuh biasanya sedikit banyak berpengaruh terhadap perkembangan seorang anak. Tapi ayah pikir, anak hebat ayah tidak seperti anak kebanyakan lainnya. Hanin terkenal hebah dalam bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungan baru. Dikenal pula sebagai perempuan yang tidak takut terhadap orang baru, pandai membaur, serta gaya bicaranya yang belum banyak dipahami oleh orang dewasa kadangkala justru menjadi daya tarik tersendiri yang membuat kami semua tersenyum bahagia. Ya, itulah Hanindiva yang kita kenal. jadi kepindahan kita ke Depok ayah rasa tidak menjadi kendala yang berarti.

Sampai 1 bulan kita tinggal di Depok, nafsu makan Hanindiva belum juga kembali seperti sedia-kala. Setelah melalui proses pencarian menyimpulkan bahwa pertumbuhan gigi geraham atas dan bawah, gigi samping atas dan bawah sebelah kiri dan ataslah yang menurut kami menyebabkan nafsu makan Hanin menurun drastis. Dari yang biasanya bunda kewalahan menyuapi karena sibuk memisahkan duri ikan kesukaan hanin dibandingkan jeda waktu mengunyah yang membuat kami semua bersyukur bahagia. Seorang Hanindiva memiliki pola dan nafsu makan yang sangat baik, kini tiba-tiba menjadi anak yang sukar makan. 

Ketika ada tawaran piknik dengan biaya pribadi ke Taman Safari Indonesia, tanggal 31 Mei 2014, Ayah langsung memutuskan untuk ikut turut serta. Walaupun rasanya cukup berat untuk menanggung biaya Rp. 208 ribu/orang dewasa dan Rp. 117 Ribu/anak pada akhir bulan tidak menyurutkan tekat ayah untuk turut berpartisipasi. Insya Allah niat ayah membawa Hanin melihat pola dan tingkah laku binatang bisa mengembalikan nafsu makan Hanin seperti sediakala. Puji Syukur kepada Allah ayah panjatkan atas segala karunianya karena disamping mendapatkan harga spesial dari panitia, proses pembayarannya-pun atas turut campur Allah lewat jalan yang tidak disangka-sangka. Alhamdullilah kendala pertama berhasil dilalui.

Sabtu pagi bunda sudah sibuk didapur menyiapkan omlet kentang resep dari orangtua murid bunda khusus diracik untuk Hanindiva tercinta. Singkat cerita, jam 5 bunda beres, lalu menggantikan baju Hanin yang saat itu masih terlelap, sementara Ayah menyiapkan perbekalan dan segala sesuatu yang harus dibawa karena pulang dari Taman Safari kita sudah merencanakan untuk menginap di Gondrong untuk melepas kangen Embah dan anti Indri dengan Hanindiva.  

kalau biasanya kebanyakan anak kecil lainnya menagis ketika tidurnya merasa terganggu, justru ayah menemukan seutas senyuman termanis seorang Hanin ketika terjaga dari tidurnya sesaat ketika bunda mengganti piyama tidur dengan baju untuk pergi membuat sekali lagi bunda dan ayah tak henti-hentinya mengucapkan syukur kepada Allah. Subhanalllah, spontan bunda berucap yang memancing ayah untuk menoleh dan turut menikmati pemandangan yang sangat menakjubkan dipagi itu. Hanindiva, Putri tercinta kami memang indah dipandang mata (qurrotaaini).

Sabtu pagi, Jam 5.30 dengan dilepas oleh enin dan mba winda kita berangkat naik motor ke kantor ayah dimana bis telah menunggu. Sekitar jam 6.20 sampai 6.30 tak henti-hentinya panitia menghubungi hp ayah guna menanyakan kabar lokasi kita. Maklum saja nak, karena ayah membawa 2 wanita istimewa dalam hidup ayah, maka ayah nga mau mengambil resiko. lagipula perjanjian awalnya adalah 6.30. karena mereka memprediksi buka tutup jalur puncak, maka secara sepikah mereka memajukannya menjadi pukul 6.00 sebagai waktu berkumpul yang disepakati. Alhamdullilah, biar lambat asal selamat, 6.35 kita tiba di dikantor dan langsung memarkir motor di baseman floors kantor. Tampa menunggu lama, bis-pun berjalan memasuki jalan MH Tamrin, melewati semanggi dan masuk Tol dalam kota. 

Perjalanan sampai ciawi berjalan dengan lancar, hambatan mulai dirasakan ketika bis keluar dari tol dan memasuki kawasan puncak. antrian panjang mulai terlihat selepas tol membuat juru mudi memutuskan untuk memutar haluan kearah sukabumi untuk berputar di pasar ciawi menuju Puncak. Baru beberapa menit bis berjalan merayap, waktu buka tutup jalur puncak ternyata telah diberlakukan. Persis depan sebuah pom bensin kita berhenti selama kurang lebih 1 jam. kesempatan ini tidak disia-siakan oleh banyak rekan-rekan ayah yang turun untuk ke kamar mandi. Termasuk juga kaka Abiayan teman baru Hanin yang harus buang air besar dan mengganti popoknya. sedangkan hanin, asik mengunyah omelet buatan bunda. emmmmm, nyamieeeee.

waktu mendekati jam 10 pagi ketika bus mulai memasuki area binatang Taman Safari. Hanin yang lagi asik makan omelet made iin bunda awalnya tidak terpengaruh dengan keramaian yang terjadi didalam bus yang heboh ketika ada seekor macan menyebrang jalan dan menghalangi bus yang kita naiki. Baru setelah ayah gendong kamu ke kaca dimana terlihat beragam binatang yang lucu dan menggemaskan senyuman Hanin mulai menghiasi suasana. Ha.. ha... ha..., dari banyak peserta yang ikut, ternyata lebih heboh para orangtuanya dibandingkan anak-anaknya. Jadi sebenarnya ini acara anak-anak apa sekumpulan orangtua yang norak ya ;-)

Turun dari bis kita semua mulai berpencar. Arena permainan pertama yang kita bertiga nikmati adalah naik kereta mini. Bersama tante Ipeh dan tante Risma, kita ikut mengantri kereta mini yang baru saja berangkat. Sayangnya gerimis yang berlangsung sedikit mengurangi kenyamanan kita menikmati jalannya kereta api. walaupun Hanin terlihat sangat senang karena gemericik air hujan yang mengenai sebagian tangan dan kaki. Bunda dengan sigap melindungi kepala hanin dari terpaan air hujan.

Selepas kereta pilihannya adalah antara makan dan sholat dzuhur. Dan kami semua memutuskan untuk makan dahulu mengingat Hanin, Abiayan, dan lifki belum sarapan berat. Gado-gado yang bunda pesan manya dimakan sedikit oleh Hanin. Ya Alhadullilah, setidaknya ada asupan berat yang masuk cetus ayah kepada bunda. 

Lepas dari makan dan ketika ayah membeli tiket bis keliling, ternyata tante Risma dan tante Ipeh meninggalkan kita. Jadilah kita bertiga bengong sendiri sebelum akhirnya memutuskan untuk naik bis keliling dan memutuskan untuk tidak turun di wahana koboy karena melihat kondisi Hanin yang terlelap dipangkuan bunda. Suara berisik dari pistol yang meletup-letup menjadi alasan utamanya. Begitu pula dengan wahana aneka satwa dan atraksi pinguin. Sampai diterminal bis keliling atas, kita turun dan sholat sambil menunggu Hanin terbangun lalu kita kembali berkeliling.

Ternyata ada yang penasaran loeh de, waktu ayah memutuskan untuk masuk ke rumah hantu, bunda terlihat ragu. teguran petugas yang tidak mengijinkan anak balita untuk masuk membuat bunda langsung spontan keluar dari barisan antrian. 5 menit setelah ayah masuk lengkap dengan cerita situasi dan keadaan didalam kembali membuat kebimbangan bunda bertambah, antara takut dan penasaran. Untung aja kita ketemu om Arif dan naila anaknya yang berusia sekitar 10 tahun. dorongan dari ayah untuk mengurangi ketakutan bunda ditambah keberhasilan ayah melobi kaka Naila untuk pindah duduk dengan bunda sementara Om arif duduk sendiri di depan mereka. 

ha..ha..ha.., tau nga nak, bunda keluar dengan tangan gemetaran dan muka yang sedikit pucat. sementara kaka Naila ter-senyum" sendiri. Bahkan sampai kerumahnya Om arif cerita sama ayah keesokan harinya kalau cerita Naila menemani bunda yang ketakutan diceritakannya kepada semua orang dirumahnya sebagai bagian dari rangkaian cerita Naila hari itu. 

Naik bangku melayang dengan dipangku bunda adalah momen yang baik buat Hanin untuk tampil berani walaupun pada awalnya sedikit takut dan tegang. Pelukan seorang ibu menurut ayah yang menjadikan Hanin nyaman dan mulai bisa tersenyum. Sehingga inilah saat yang tepat bagi ayah untuk mengabadikan momen tersebut lengkap dengan gambar hidupnya (video) karena posisi ayah yang berada didepan kalian membuat ayah leluasa mengambil gambar kalian. 

Makan sudah, melihat binatang juga sudah, keliling menaiki beberapa wahana seperti kincir angin, dan bangku melayang juga sudah. kini saatnya kita pulang. Persis jam 5 bis mulai bergerak pulang, walaupun merambat karena hujan dan kemacetan didaerah puncak, Alhamdullilah sekitar jam 8 kita sudah sampai kembali dikantor ayah. Hujan yang belum juga berhenti membuat Bunda memutuskan untuk naik taksi saja kerumah embahnya. Sepanjang perjalanan di bis hanin tertidur dengan lelap, mungkin setelah memulihkan tenaga, di taxi biru hanin terlihat ceria. mulai dari duduk dilantai taxi, melihat keramaian jalan jakarta dimalam hari sampai heboh membongkar plastik makanan yang diberikan oleh tante Nita di bis tadi pagi. Baterainya sudah penuh di charge nih bun, tutur ayah pada bunda.

Temu kangen bersama Embah dan Anti Indri lengkap dengan Hanin yang senang melihat binatang dan Ayah yang sempat berfoto bersama macan adalah rangkaian cerita yang tak henti-hentinya di tuturkan bunda kepada Embah dan Anti. Siangnya kita kembali pulang ke depok setelah sebelumnya mengambil motor dahulu dikantor ayah. Selepas sholat ashar kita berangkat melewati PGC sambil sekalian melepas magrib Bunda meminta ayah untuk mampir ke HookBen. Ada haru dan suka cita disana. Setelah sebulan lamanya Hanin kurang bernafsu makan, Ayah dan bunda seakan menemukan kembali Hanin yang hilang, seorang Hanin yang makan dengan lahapnya membuat bunda meneteskan air mata seakan menjawab doanya selama ini. Terimakasih Tuhan, engkau kembalikan nafsu makan anak kami. 

Minggu malam disertai gerimis perjalanan Menteng sampai PGC dan menyaksikan saat dimana Hanindiva makan dengan lahap serta perjalanan yang lancar dan selamat sampai kembali ke depok adalah rangkaian cerita yang selalu ayah dan bunda kenang. bahkan acap kali kita lewat depan PGC, bunda selalu tersenyum mengenang ini. Nga sia-sia antrian panjang saat keluar dari parkiran yang mengular ya yah, klo akhirnya kita bisa menyaksikan anak kita kembali makan dengan lahapnya. Allah membayar kesabaran kita dengan indah ya bun ..... ucap ayah sambil menggenggam tangan bunda yang melingkar di pingang ayah ketika kita berangkat kerja keesokan harinya. 

 












Selasa, 03 Juni 2014

TANGISAN PERTAMAMU

CERITA AYAH:

Sore kemarin selepas jam kerja, biasanya sebelum pulang ayah bersosialisasi sejenak menyapa teman atau sekedar membaca status mereka via FB. Silahturahmi yang murah meriah. kata orang bijak, silahturahmi itu mendatangkan rejeki dan memanjangkan usia. Tapi kali ini ayah dapat pesan menarik dari bunda kamu, iya, ternyata selepas turun dari bis bunda mampir dulu ke margo untuk beli buah buat kamu sambil sekalian cuci mata. Hasilnya, boneka lumba" biru berhasil dibawa bunda dengan harga 10 ribu. 

"Senengnya anaknya yahhh", kata bunda dengan gembira. sebenarnya ayah mau pulang tepat waktu, tapi maaf ya nak, kondisi ayah kemaren lagi kurang fit karena berolah raga tampa pemanasan dulu. Ceritanya, setelah ayah mengantarkan bunda ke sekolah, ayah mendapat sebuah musibah nak. Rantai motor ayah copot. Memang sih dah beberapa hari ini bunyinya mulai kencang, ayah pikir karena kering aja makannya ayah beli minyak rantai dan sebelum berangkat ayah sempat menyemprotkannya tapi justru malah jadi begini. Ya Sudahlah, kata Allah, Dia selalu punya rencana hebat atas umat-Nya. Dari pom bensin pemuda sampai utan kayu terpaksa ayah mendorong motor kita. Dan tadi pagi ayah penasaran mengitung jaraknya dengan cara menyusuri kembali rute dorong motor kemarin dan hasilnya keluarlah angka 2,3 KM. Alhamdullilah, ternyata karena ayah kurang olahraga, Allah memaksa ayah dengan caranya yang super Indah. 

Pulang selepas azan Isya ditambah kemacetan disekitar ps kramat jati menjadikan ayah semakin letih. Mungkin dengan menonton TV sambil makan beberapa potong kue bisa sedikit memberikan energi baru buat ayah. Eh ternyata bunda bangun nak. Rupanya dia lapar karena belum makan malam setelah menemanimu tidur pada jam 8 semalam. Sedangkan ayah baru sampai rumah jam 10. Yaaaaah, hari ini ayah belum beruntung nga bisa menikmati momen kamu melepas kantuk dan terlelap tidur. Hanindiva Amirah Mazaya anak ayah sudah tidur sebelum ayah sampai rumah. Tetapi sekali lagi Allah maha baek sama ayah. Pukul 10.30 atau ketika ayah mandi, sayup terdengar suara tangismu. 

Dengan kondisi yang segar selepas mandi ayah mendapai kamu sedang digendong bunda karena mau dibikinkan susu. Langsung aja dengan semangat ayah gendong kamu sambil ayah cium dengan penuh cinta. Terbayar sudah letih dan capainya setelah mencari nafkah seharian. ayah punya setegah jam waktu bermain dengan kamu. tapi sayang, kelelalah ayah tidak bisa maksimal menemani hanin bermain. Rasa lelah dan kantuk ayah memaksa ayah untuk mengistirahatkan raga ini. Dan bodohnya lagi, waktu yang sempit itu ayah isi dengan sedikit omelan karena cream penghilang gatal yang baru saja diolehkan bunda keleher Hanin yang gatal dijadikan mainan oleh kamu dengan cara ikut mengoleskan ke pipi kamu yang ngegemesin, seolah meniru bunda berdandan. Mungkin karena sedikit keras ayah memberitahukan bahayanya jika saja kena mata, dan hasilnya; ayah mendapatkan wajah Hanin yang sedih seakan mau menangis. Ini adalah tangis pertama kamu karena ayah. Mungkin karena baru bangun ya malam itu kamu sedikit melow, atau memang kamu sudah mulai mengerti dan bisa membaca situasi. Entahlah, yang jelas ayah jadi merasa bersalah banget dan memeluk kamu dengan penuh cinta. dan Subhanalloh-nya, kamu membalasnya dengan pelukan erat ke Ayah. Dari situ ayah berkesimpulan bahwa permintaan maaf ayah sudah diterima. makasih ya nak sudah mau memaafkan ayahmu. Sebelum sholat, ayah menerahkan kamu kembali ke bunda untuk minum susu. tak henti"nya ayah bersyukur kepada Allah atas 2 wanita hebat didepan ayah. Ya Allah terimakasih atas karunia yang engkau berikan ini, semoga menjadikan hamba orang yang slalu bersyukur kepadaMu. 

Oiya, Insya Allah cerita hari Sabtu, 31 Mei kemarin saat kita tamasya ke Taman Safari dirangkai dengan cerita kita Mudik ke gondrong setelah pulang dari Taman Safari dan kembali keesokan harinya lengkap dengan momen hebat Hanindiva di HokBen akan ayah coba rangkai dicerita ayah berikutnya. Doakan ayah bisa tetap sehat dan kuat ya nak...

HR Building, Selasa 3 Juni 2014. 08.04 WIB

Rabu, 21 Mei 2014

PINDAH KE DEPOK, dari rumah embah kerumah enin

CATATAN BUNDA:

Jumat, 27 April 2014, dengan berat hati ayah dan bunda memutuskan untuk mempekerjakan seorang pengasuh bernama Winda yang berusia sekitar 16 tahun bagi hanin anak bunda tercinta. sebenarnya bunda lebih memilih untuk tetap tinggal di gondrong dengan Anti Indri dan embah sebagai pengasuh kamu ketika bunda bekerja. Disamping tentu saja lebih memiliki kepercayaan terhadap mereka, bunda juga lebih yakin 100 % atas pertumbuhan terbaik anak bunda tercinta dilingkungan orang-orang yang memang mencintai kamu dengan tulus ikhlas.Tapi ternyata ayah kamu punya pemikiran lain. 
Berawal dari telp enin 2 hari yang lalu yang memberitahukan bahwa ada pengasuh yang ingin kerja dan katanya mencintai anak serta beberapa rentetean kejadian yang membuat kami terpaksa mengambil keputusan seperti ini. 
Ceritanya dimulai dari kesuksesan Anti Indri meraih gelar sarjana kependidikannya, adalah menjadi sesuatu yang ironis bagi kami berdua klo tidak memberikan kesempatan kepada Anti untuk menikmati suka dukanya menjadi seorang guru sebelum kelak akhirnya beliau menikah. Sedangkan jika embah sendirian mengasuh kamu dengan segala keterbatasannya adalah alasan utama akhirnya bunda dan ayah memutuskan hal ini. Bunda harap, suatu saat ketika kamu kelak membaca tulisan ini, hanin bisa sedikit memiliki gambaran mengapa kami memutuskan hal ini walaupun dari awal sudah bunda bilang klo ini adalah keputusan yang berat yang harus kita ambil. 

Kami juga harus pindah ke depok karena ketidak-adaannya kamar kosong buat pengasuh kamu, karena kamar embah saja ditempati berdua dengan anti Indri, walaupun bunda sempat memaksa ayah untuk menempatkan Winda dengan Anti Indri dan dengan berat pula ayah TIDAK MENGABULKANNYA. ;-( "Mungkin situasi dan kondisinya akan berbeda klo saja kita sudah bisa membikin kamar untuk Winda? cetus ayah berusaha sebijak mungkin"
Alasan lainnya adalah Winda merasa sedikit keberatan jika saja harus bekerja di Gondrong karena harus berjauhan dengan saudaranya yang bekerja juga tidak jauh dari rumah enin, walaupun bunda pernah meyakinkan ke ayah bahwa Winda sudah bersedia untuk ikut kita ke gondrong. Mudah-mudahan saja ayah tidak membaca sms keberatan Windadi handphone bunda.

Sebenarnya Ayah juga berat hati untuk pindah ke Depok, karena secara otomatis ada 2 dapur yang harus kita berdua tanggung karena Anti indri belum memiliki penghasilan. Dan jika bunda berhenti bekerja tentu saja akan sangat berat jika ayah yang harus menanggung semuanya. memang sih, ada beberapa pos pengeluaran yang pasti bisa dihilangkan karena bunda berhenti bekerja seperti transport dan makan bunda. tetapi bunda akan kehilangan kebahagiaan untuk mengasuh kakak-kakak kamu disekolah disamping sebagai sumber nafkah tambahan; kata enin pekerjaan bunda itu mulia dan seandainya bisa disambi toeh nda ada salahnya dikerjakan. Guru itu juga banyak liburnya dan jam kerjanya tidak full seperti pekerja kantoran biasa nasihat Enin kepada kita berdua waktu itu.

Dengan mengucapkan Bismillah, pada hari kamis, 1 mei 2014 yang merupakan hari libur nasional kita resmi pindah ke depok dengan naik taksi dengan argo sekitar 200 ribu. Berangkat selepas ashar dan sampai beberapa saat sebelum azan magrib berkumandang. Insya Allah semoga keputusan ini merupakan keputusan terbaik buat semua dan juga diridhoi Allah. aamieen

Kamis, 06 Maret 2014

Manusia hanyalah sebuah wayang

Cerita ayah:
Sebagaimana firma Allah, “Dan benar-benar akan Kami berikan ujian kepada kamu semua dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah khabar gembira kepada orang-orang yang sabar. (Iaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.” Mereka itulah yang mendapat selawat (keselamatan) yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk” 
(Surah al-Baqarah, 2: 155-157)
Ayat ini merupakan salah satu pegangan ayah waktu menghantarkan hanin ke rumah sakit ditengah malam dan mendengar vonis dari dokter jaga di UGD RS Hermina Daan Mogot yang menyatakan Hanin positif terkena DBD (diaknosa pada saat itu karena hasil lab pemeriksaan darah menunjukkan angka minus lumayan manyak pada hemoglobinnya-salah satu indikasi gejala DBD) 
Sebagaimana cerita ayah sebelumnya, malam itu ayah dan bunda mengantarkan kamu berobat ke rumah sakit dengan harapan suhu tubuhmu yang mencapai 39.5 derajat bisa segera berangsur turun sehingga mengurangi kemungkinan kejang walaupun hingga saat ini kamu belum pernah punya riwayat kejang. Dan Syukur Alhamdullilah, semuanya kini telah berlalu dengan baik. 


Engkau lagi disayang Allah nak, ucap ayah pelan. Ya Allah, kuatkanlah kami dalam menghadapi ujian ini. Walaupun kita sebenarnya tahu, bahwasanya dibalik sakit itu ada beberapa hikmah yang bisa kita dapatkan, mulai dari menggangkat derajat kita dihadapat mahluknya yang lain sampai sebagai penyebab dari penggugur dosa dan kesalahan kita. Ada satu lagi kuasa Tuhan yang ayah sama bunda rasakan dan menjadi penguat kita berdua dalam beribadah kepadanya; ternyata, sakit itu bisa juga memperlancar rezeki kita. Terlebih disaat ayah sedang bingung membayar uang muka untuk mendapatkan kamar perawatan, Allah menunjukkan kuasanya. Alhamdullilah kartu kredit ayah bisa menanggung untuk sementara. 
Dengan maksud memberitahu bagian HRD kantor ayah dan bunda, berita megenai dirimu yang menjalani perawatan dirumah sakit spontan mendorong rekan kerja ayah dan bunda untuk turun serta meringankan biaya dengan cara urunan. Disinilah kuasa Allah kemudian bekerja. Allah jualah yang menggerakkan orangtua murid bunda melalui koordinator kelas dimana bunda mengajar untuk juga turut berpartisipasi. Singkat cerita, walaupun kami orangtua kamu yang seharusnya bertanggungjawab atas biaya rumah sakit kamu, seluruh biaya yang harus kami bayarkan kerumah sakit tertutup semua. Sekali lagi kami berdua mengucap; Allah memang sayang sama kamu nak. Allah memberikan kamu sakit supaya kamu lebih banyak menghabiskan waktu bersama kami, dan dari keiklasan yang berhasil kita jalani, DIA pula yang membalasnya dengan cara yang Indah. 





Kehadiranmu berkah dari do'a semua orang, sakitmu menjadi jalan orang-orang yang mencintaimu untuk menjadikan ladang amalnya, dan sehatmu bahagiakan semua orang yang melihatmu. Sekali lagi kami sebagai orangtua kamu cuma bisa berucap; Alhamdullilah, terimakasih Allah. Kau jadikan Ia sehat kembali. Allah memang tidak pernah memberikan sebuah cobaan kecuali sesuai dengan kemampuan hambanya. Manusia hanyalah wayang, dalang dan penentu lakonnya hanyalah kuasaNYA. 
Seharusnya kalau kita sudah tau, seberat apapun masalah kita, kenapa harus takut? bukan begitu kawan, nasihat sahabat saya sambil berlalu meninggalkan ayah yang termenung meresapi kalimat bijaknya. Benar kawan, kita cuma sebuah wayang saja, skenario dan dalangnya sudah tersirat jauh sebelum kita ada.