Rasanya masih tergambar dengan jelas peristiwa saat dimana engkau terlahir kedunia ini dalam bayangan ayah. Detik-detik dimana tubuhmu yang berlumuran cairan ketuban dan darah dibersihkan oleh perawat RS Kartini sesaat setelah engkau dipisahkan dari ari-ari tempatmu berlindung selama kurang lebih 9 bulan oleh dr Bambang yang membantu persalinan bunda , 16 November 2012. Beberapa detik kemudian seorang bidan yang turut membantu persalinan dr Bambang memanggil ayah guna menanyakan apakah ayah ingin mengazankan kamu. Inilah saat pertama kali ayah dan kamu saling berpandangan, Isak tangis kamu bahkan langsung terhenti seketika dan menatap dalam wajah ayah untuk pertama kalinya seolah-olah ingin memperkenalkan diri kepada ayah kalau bayi yang selama ini dinantinya kini telah berada dihadapan ayah dan membuat ayah terkesima untuk beberapa saat sampai panggilan kedua menyadarkan kita berdua.
Robbi Hablii Minash Shoolihiin - Ya Rabbku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang sholeh. (QR. Ash Ahaffaat: 100)
Hari-hari selanjutnya adalah hari yang penuh dengan warna. Bagi sebagian orang, kehadiran seorang anak merupakan harapan terbesar mereka. Ayah punya seorang teman yang bahkan sampai harus menjalani terapi yang cukup mahal demi mewujutkan keinginan tersebut..
Ayah ingat bagaimana sedihnya bunda ketika mendapati kalau dirinya kembali mendapatkan halangan walaupun usia pernikahan kita baru seumuran jagung. Begitu pula rasa bahagianya ayah dan bunda ketika mendapatkan hasil tes kehamilan bunda ternyata positif.
Torehan warna pertama yang berhasil hanin bikin adalah saat-saat dimana pertama kali rombongan kamu sampai dirumah setelah dianggap aman oleh tim medis. Setibanya kamu dirumah, telah menunggu serangkaian prosesi adat yang coba untuk diterapkan oleh kakak kandung embah kamu; mulai dari menaruh daun pandan diatas pintu kamar, mengeprak-ngeprakkan sapu lidi beberapa kali dikasur kita yang konon katanya sebagai pemberitahuan awal kehadiranmu dirumah kepada semuanya baik yang terlihat maupun yang tersamar, serta beberapa prosesi turunan lainnya. Sebenarnya terlintas dalam pikiran ayah untuk menyudahi semua prosesi tersebut karena menurut ayah sudah banyak yang keluar dari syar'i Islam. Tapi dengan beberapa pertimbangan, disamping tidak ingin merusak suasana bahagia yang telah terbangun, akhirnya ayah memilih untuk mengalah dengan keadaan demi sebuah tekat kuat; melindungi keluarga ayah dari api neraka. Belajar meninggalkan yang salah dan mencoba memulai semuanya sesuai dengan tuntunanNya.
Torehan warna berikutnya adalah, melihat kamu tumbuh. Awal kehadiranmu lebih banyak diisi dengan tidur, menangis, dan kembali tidur lagi. Mother training juga mulai dilaksanakan bunda kamu, mulai dari belajar menyusui, berusaha untuk menyelimuti kamu dengan kain bedong walaupun hanya bertahan beberapa menit saja. Ayah tau, kondisi saat itu adalah musim panas sehingga ayah sangat merasakan betapa tersiksanya hanin yang dibentuk sedemikian rupa seperti lemper, terbungkus rapi dan sukar untuk bergerak.
Robbi Hablii Minash Shoolihiin - Ya Rabbku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang sholeh. (QR. Ash Ahaffaat: 100)
Hari-hari selanjutnya adalah hari yang penuh dengan warna. Bagi sebagian orang, kehadiran seorang anak merupakan harapan terbesar mereka. Ayah punya seorang teman yang bahkan sampai harus menjalani terapi yang cukup mahal demi mewujutkan keinginan tersebut..
Ayah ingat bagaimana sedihnya bunda ketika mendapati kalau dirinya kembali mendapatkan halangan walaupun usia pernikahan kita baru seumuran jagung. Begitu pula rasa bahagianya ayah dan bunda ketika mendapatkan hasil tes kehamilan bunda ternyata positif.
Torehan warna pertama yang berhasil hanin bikin adalah saat-saat dimana pertama kali rombongan kamu sampai dirumah setelah dianggap aman oleh tim medis. Setibanya kamu dirumah, telah menunggu serangkaian prosesi adat yang coba untuk diterapkan oleh kakak kandung embah kamu; mulai dari menaruh daun pandan diatas pintu kamar, mengeprak-ngeprakkan sapu lidi beberapa kali dikasur kita yang konon katanya sebagai pemberitahuan awal kehadiranmu dirumah kepada semuanya baik yang terlihat maupun yang tersamar, serta beberapa prosesi turunan lainnya. Sebenarnya terlintas dalam pikiran ayah untuk menyudahi semua prosesi tersebut karena menurut ayah sudah banyak yang keluar dari syar'i Islam. Tapi dengan beberapa pertimbangan, disamping tidak ingin merusak suasana bahagia yang telah terbangun, akhirnya ayah memilih untuk mengalah dengan keadaan demi sebuah tekat kuat; melindungi keluarga ayah dari api neraka. Belajar meninggalkan yang salah dan mencoba memulai semuanya sesuai dengan tuntunanNya.
Torehan warna berikutnya adalah, melihat kamu tumbuh. Awal kehadiranmu lebih banyak diisi dengan tidur, menangis, dan kembali tidur lagi. Mother training juga mulai dilaksanakan bunda kamu, mulai dari belajar menyusui, berusaha untuk menyelimuti kamu dengan kain bedong walaupun hanya bertahan beberapa menit saja. Ayah tau, kondisi saat itu adalah musim panas sehingga ayah sangat merasakan betapa tersiksanya hanin yang dibentuk sedemikian rupa seperti lemper, terbungkus rapi dan sukar untuk bergerak.
Pelajaran training selanjutnya adalah memandikan bayi. Ya, seperti banyak ibu baru lainnya, memandikan bayi merupakan pelajaran tersulit. Disamping kondisi bayi masih dalam masa rawan, luka tali pusar juga masih basah dan harus tetap dibiarkan seperti adanya, tidak boleh basah, tidak perlu diberikan obat-obatan, sampai hanin mengalami "puput puser" suatu keadaan dimana sisa tali pusar antara perut dan ujung potongan yang menempel di ari-ari kamu putus dengan sendirinya karena kering. Pesan dari dokter, bidan dan perawat sebelum meninggalkan kantor mereka. Sebuah pesan sederhana tapi cukup sulit untuk dilakukan. Selama 1 minggu bunda belajar memandikan hanin dengan ibu sop, seorang perempuan setengah tua tetangga kita yang berprofesi sebagai tukang urut, dan kebetulan juga baru memiliki cucu. Kadang terlihat cukup ngeri juga memang, mulai dari menengkurepkan paksa kamu dikakinya, sambil menekan sana sini dalam keadaan tangan penuh busa sabun. Menyiram muka kamu yang tengah ngo-ngosan ngambil napas lalu mengangkat keluar dari bak mandi untuk menyelimuti dengan handuk lembut. Dan sepertinya beliau bisa membaca kekhawatiran kita semua dengan mengatakan bahwa apa yang kita lihat tidaklah seburuk yang kita prasangkakan. Terbukti memang, biasanya setelah prosesi memandikan selesai, kamu terlihat sangat nyaman. Bahkan ciuman kami tak bisa membangunkan kamu dari mimpi indahmu. Sekali lagi rasa syukur kami atas semua ini. Allah memang maha pengasih.
Saatnya praktek sendiri, ya- seminggu sudah mother training dijalani bunda. Kini bunda harus bisa melakukannya semuanya sendiri. Diantara rasa sakitnya yang masih terasa, bunda harus belajar beranjak dari tempat tidur, entah itu sekedar mengganti popok kamu yang basah, atau memang aktifitas pribadinya sendiri seperti ke kamar mandi, makan atau sekedar mencari hiburan di televisi sambil menantikan ayah pulang dari kantor.
Kontrol pertama dengan diantar oleh mobil tetangga berhasil memasangkan anting di kedua telingan hanindiva sekaligus kontrol bunda. Walaupun tangisan hanin terdengar pelan sesaat prosesi pelubangan telinga berlangsung, yang menurut cerita bunda lebih disebabkan oleh rasa terusiknya kamu karena terbangun dari buaian mimpi bayi yang indah. Acara berikutnya adalah kontrol orang tua. Mungkin karena beragam aktifitas yang dilakukan bunda; 3 jahitan bekas lahiran bunda kembali terbuka. Dengan sedikit memaksa, bunda minta diantar pulang saja dengan alasan akan kembali kontrol dengan ditemani ayah.
Rupanya rasa trauma bunda terhadap jarum suntik, memaksa ayah untuk kembali membawa pulang bunda tampa ada tindakan medis yang bisa dilakukan. Walaupun saat itu, 2x cairan anestesi telah disuntikkan ke tubuh bunda. Syukur Alhamdullilah, kontrol dokter keesokan harinya yang tidak diantar ayah membuahkan hasil. Jahitan bunda berhasil disambung kembali walaupun ayah tau, bunda sangat berusaha membunuh rasa takutnya dengan sekuat tenaga.
Tantangan pertama dimulai
Ketika tibalah saatnya bunda harus kembali mengajar, dan melanjutkan aktifitas kesehariannya. Ratmi, adalah orang yang kita percayai mengurus kamu pada saat bunda bekerja disamping anti indri dan embah tentunya. Beragam petunjuk dibuat bunda demi hanindiva tercinta. Mulai dari jadwal pemberian susu, segala hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam memperlakukan kamu, sampai pernak pernik keseharian kamu secara detail adalah hal rutin yang pasti ditanyakan bunda setiap sampai dirumah. Ayah juga mendukung dengan mensuplai bunda bacaan hasil searching dari mbah google disela-sela kesibukan ayah dikantor.
Tak terasa kini setahun sudah engkau bersama-sama dengan kami dan memberikan kebahagiaan yang tidak ternilai harganya sampai detik ini. Hanindiva Amirah Mazaya, Sebuah perpaduan nama ayah dan bunda. Iya, engkau adalah buah hati kami semua.
Mungkin kita sering mendengar bahwa surga dibawah telapak kaki ibu, atau seorang Rosullowloh Muhammad SAW bahkan sampai menyebutkan ibumu sebanyak 3 x sebelum akhirnya menyebut ayahmu ketika ditanya seorang sahabat mengenai siapa orang yang wajib kita perlakukan dengan baik.. Tadi malam saya sempat berpikir sebegitu mulianyakah seorang wanita diperlakukan oleh agama Islam.
Banyak referensi yang pernah saya baca bahwasanya kala Islam mulai tumbuh, adalah sebuah masa dimana perempuan itu berada ditempat yang paling hina. Bahkan seorang ayah akan tega menguburkan anak perempuannya hidup-hidup demi menutup aip karena memiliki seorang anak perempuan dalam keluarganya. Sejenak aku berpaling kekiri melihat anak perempuanku yang slalu aku ciumi disetiap malam sebelum tidur, dan biasanya dengan cantiknya dia akan mengusap pipinya dengan lembut seakan-akan menjawab cinta tulusku yang slalu kucurahkan kepadanya. Sambil sejenak aku perpikih, sungguh bodoh manusia yang menyia-nyiakan hidupnya melepaskan kesempatan melihat seorang anak perempuannya tumbuh menjadi gadis manis. Bahkan hingga detik ini aku tidak pernah ragu untuk membatalkan setiap acara yang sekiranya tidak terlalu penting demi menghabiskan waktu bersama dan melihat anakku tumbuh besar. Dalam 1 minggu, aku mambagi waktu selama 5 hari untuk mencari nafkan dan merelakan waktu berharga bersama anakku, dan rasanya teramat sayang sekali apabila 2 hari waktu tersisaku dalam 1 minggunya yang seharusnya kuhabiskan bersama keluarga kecilku juga harus ku korbankan untuk hal yang kurang penting..
Seakan menjadikan penyempurna malamku sebagai seorang ayah yang bahagia melihat anakku tertidur dengan cantiknya bersama Istriku tercinta disampingnya adalah 2 buah anugrah yang sempurna buatku. 2 wanita cantik dalam hidupku yang sangat kucintai.