Selasa, 25 Oktober 2016

Ayah Belajar berdagang

Anakku tercinta, mungkin bagi sebagian orang, menjadi seorang karyawan yang bekerja dikantor ber ac dengan posisi yang lumayan lengkap denagn segala fasilitas yang diberikan menjadi impian banyak orang. tapi tidak dengan ayah. sekali lagi ayah ulangin, TIDAK DENGAN AYAH. 
Pertama, ayah tidak bekerja dengan mendapatkan fasilitas layaknya seorang pejabat seperti kendaraan atau tunjangam perumahan dsb. 
Kedua, pekerjaan ayah tidak memberikan kebebasan dalam mengatur waktu kerja secara dinamis. Bahkan ketika kita berbincang atau ke kamar mandi untuk waktu yang lama sebagaimana kebiasaan ayah ketika pup yang menghabiskan waktu antara 10-20 menit itu merupakan suatu penilaian negatif dari pimpinan yang menginginkan kita bekerja seperti robot didepan komputer dan duduk manis sehingga meninggalkan sisi humanis kita sebagai manusia. 
Dan yang ketiga dan terakhir walaupun jika lebih diperinci ayah masih akan banyak menemukan hal lainnya yang mungkin akan sangat panjang jika dijabarkan disini adalah mengenai kebebasan finansial yang sekaligus menjadi alasan fundamental. Karena kita keluar rumah dari pagi buta sampe matahari tenggelam menghabiskan waktu yang sangat berkwalitas demi perusahaan atas nama sebuah loyalitas dan mengorbankan kebersamaan kita sebagai sebuah keluarga untuk mengdapatkan gaji yang hanya cukup untuk hidup sederhana. bahkan untuk membeli sebuah rumah bersubsidi pemerintah sekalipun, ayah dan bunda terpaksa mengencangkan ikat pinggang demi membayar cicilan uang mukanya yang menghabiskan hampir setengah dari pendapat kita berdua. Sedangkan owner atau pemilik perusahaan datang seenaknya - pulang sesukanya - bekerja semaunya tapi mendapatkan semuanya. subhanallah sekali ya nak......... 
Itulah mengapa sejak ayah mengenai seorang bos bernama Buchori Nasution waktu ayah bekerja dengannya selama kurang lebih 10 tahun, banyak wawasan dan ilmu yang ayah dapat dari beliau. Salah satu yang masih sangat terngiang ditelinga ayah adalah ketika dia mengejek rekannya yang menjadi salah satu pejabat pribumi disebuah perusahaan asing bergaji besar dengan segudang fasilitas yang diterimanya tidak menjadikan dia bebas mengatur waktu, "bahkan untuk mengisi seminar duduk bersama saya disini kamu harus minta ijin sama bos kamu" tutur pak BN dalam sebuah pelatihan pendidikan yang melibatkan saya dalam penyelenggaraannya. Sedangkan saya, hanya cukup mendiskusikan dengan sekretaris saya mengenai agenda saya setiap minggunya tanpa perlu minta ijin kepada siapapun kecuali dengan tuhan dan Istri saya biar dia tidak curiga yang langsung disambut gemuruh audience.
Menurut beliau, lebih baik jadi bos di kolam kecil daripada jadi kuli dilautan. duh, ngena banget ya. dan hebatnya lagi, selama kami ber 10 bekerja dengan beliau guna menularkan kurikulum leadership di Jl. Utan kayu 20A, tidak pernah sekalipun beliau mengintervensi kita dalam bekerja. Semuanya dijadikan partner dalam bermitra.
Dalam tulisan ayah kedepan, Insya Allah ayah akan banyak bercerita mengenai beliau dan pemikirannya mengenai bagaimana me manusiakan manusia lewat pendidikan yang seharusnya kita lakukan terhadap anak cucu kita sehingga ananda hanin bisa menularkannya kembali ke orang sekitar. 

Kembali ke awal tulisan ayah diatas, impian terbesar ayah adalah bukan sebagai kuli, tapi sebagai insvestor kalau bahasa BN untuk hirarki tertinggi dari quardran karier yang 4 sisi. Sebagai kuli (karyawan), pekerja sendiri (dokter, pedagang) wiraswasta (owner perusahaan) dan yang terakhir (insvestor). 



Salah satu langkah untuk berganti quadran adalah menyiapkan mental ayah menjadi seorang pedagang. Alhamdullilah ada beberapa usaha yang sudah ayah rintis yang salah satunya adalah berdagang baju anak kecil dagangan temennya bunda waktu kuliah di as syafiiyah tante dika, dan yang terakhir jualan coklat hasil searching promo harga murah dari internet pada awal bulan ini (oktober 2016) dibantu sama bunda yang juga alhamdullilah laris manis. 
Mungkin ayah tampa bunda apalah artinya begitu juga dengan bunda tanpa ayah. klo boleh sedikit sombong, karier bunda sedikit banyak ada campur ayah disana. seperti memaksa bunda kuliah disaat bunda bahkan berpikir kearah sanapun baru sebatas angan saja. Ayah yang memaksanya, bahkan mencarikan kampus yang masih menerima mahasiswa karena sampai bulan september bunda belum juga mendaftar kuliah dengan alasan tidak punya duit. Sampai akhirnya bunda bisa kuliah di pondok gede yang jaraknya lumayan jauhhhhh dari rumahnya di daerah gondrong.  
Singkat cerita alhamdullilah, dengan doa, tekad dan keinginan yang kuat ditengah kondisi bunda yang tengah hamil ananda Hanin, bunda berhasil menewati proses sidang dan lulus dengan nilai baik. 
Sedangkan bunda bagi ayah, dia adalah sisi ekstrofet tersembunyi dari sisi ayah yang coba di ejawantahkan oleh bunda kedalam aplikasi kehidupan kita. Ketika ayah sibuk sebagai back office, bunda adalah seorang marketing sekaligus team penyerang. Seperti ketika ayah sibuk mempelajari brosur rumah misalnya, bunda adalah bagian yang menggedor staf penjualan sekaligus eksekutor dan bagian komplain yang berkoar-koar ketika ada saatnya kita harus berteriak mensuarakan hak kita.

Kamis, 13 Oktober 2016

Cerita-cerita Ayah dan bunda sebelum tidur

Kalau ayah tidak salah perhitungan, sejak umur 2 tahun menginjak tahun ke 3, sudah menjadi aturan tidak tertulis bahwasanya sebelum tidur, biasanya nanda Hanindiva minta diceritakan sebuah cerita. Entah itu dongeng difable, maupun cerita keseharian lainnya. Minat ananda terhadap sebuah cerita atau dongeng sangat antusias sekali. Mungkin memang karena sejak dalam kandungan sudah terbiasa mendengarkan bundanya bercerita saat mengajar makanya ketika beranjak besar, naluriahnya mulai terstimulus kearah sana. 

Awal muasalnya dimulai ketika bunda mendapatkan buku-buku lungsuran perpustakaan yang sudah tidak layak menurut mereka sehingga secara spontan bunda minta untuk dibawa pulang. Kalau dilihat secara fisik, masih boleh dibilang sangat layak untuk ukuran kami. hanya dengan bermodalkan silotip biasanya untuk beberapa bagian yang robek, bunda mulai memperkenalkan buku. Diawali dengan cerita ringan seputar gambar berwarna yang ada pada buku, mulai membacakan sambil posisi tangan mengikuti alur teks yang ada ketika membacakan. ditambah lagi beberapa video anak diva yang juga memiliki kemiripan nama dengan nanda hanin yang ayah dapat dengan cara mendowloade via youtube yang menceritakan beberapa kisah keseharian mengenai anak sekolah semakin menstimulus antusiah nanda Hanin dalam mengeksplor perkembangan dunia sekitarnya yang mulai terbentuk.