Semuanya berawal dari makanan. Ya, sudah 1 minggu ananda Hanin kurang berselera makan. Orangtua mana yang tidak merasa khawatir ketika anaknya tidak berselera makan?
Sedangkan makanan bagi seorang anak adalah hal terpenting karena dalam masa
pertumbuhan.
sudah berbagai makanan kita coba tawarkan. Mulai dari ayam kriuk, ikan lele, roti, sayur mayur sampai coklat dan es cream diusahakan demi ada yang masuk ke tubuh ananda. tapi memang hanya 2 makanan terakhir itulah yang bisa masuk itupun dengan sedikit saja. biasanya klo udah ngeliat bungkus coklat atau es cream, belum juga dibuka pasti ananda sudah bersorak kegirangan.
Semua panik, semua repot dan semua menyarankan sesuatu, tapi tetap saja belum ada obat yang manjur untuk menenangkan kami berdua sebagai orangtua Hanin. Walaupun Hanin masih minum asi, suatu hal yang sedikit banyak bisa membuat hati sedikit tenang karena minimal asupan gizi dasar yang diperlukan seorang balita bisa terpenuhi. tapi sampai kapan. bulan depan usia Hanin menginjak 2 tahun, sebuah batasan atas seseorang mendapatkan ASI eklusif. Sebuah usaha sendiri sudah, melibatkan Allah juga sudah dilakukan lewat untaian doa dan permohonan. tapi rasanya jugalah kurang tepat apabila kami sebagai orangtua tidak melibatkan orang lain yang memang ahlinya, ya, seorang dokter yang memang karena keilmuannya menjadi lebih berkopeten dalam memberikan rujukan mengenai keadaanmu nak.
Sejak asupan makanan berkurang drastis, otomatis makanan yang dicerna juga berkurang yang berimbas kepada kotoran yang dikeluarkan menjadi cair dan sedikit menghawatirkan kami. Atas saran enin, maka kita sepakat membawa ananda Hanin ke RS Remina Depok selasa malam, 21 Oktober 2014. Setelah melalui serangkaian tes dan berkonsultasi guna mencapai hasil terbaik bersama dr Handarmi, Sp. A rujukannya adalah perawatan inap. dengan disposisi bahwa perawatan disini lebih mudah terpantau untuk dilakukan tindakan preventif yang bisa dilakukan dibandingkan dengan perawatan jalan. Insya Allah jika terapi obatnya cocok, nanda Hanin bisa segera dibawa pulang.
Serangkaian tes pertama yang dilakukan setelah mendapatkan kamar adalah mencoba melihat kondisi lambung dengan tes ronsen disambung dengan pemeriksaan darah dan pup. Syukur alhamdullilah, keadaan fasesnya mulai mengeras yang mengindikasikan bahwa buang air besarnya sudah mengarah ke pemulihan. namun dr Hendarmi justru melihat bahwa ronsen dada ananda Hanin ada sedikit kotor. Indikasi awal dari Tubekolosis, yang ditandai dengan seringkalinya sang anak yerkena batuk yang berkepanjangan dan lama sembuhnya. Memang demikianlah keadaannya. toeh kami pikir mungkin karena cuaca yang kurang kondusif ditambah stamina tubuh yang lagi menurun dan asupan makanan yang kurang lengkap salah satu penyebab batuknya ananda.
Indikasi buang air besarnya yang encer dan cenderung cair sudah mulai membaik, namun dokter menyarankan untuk dilakukan pemeriksaan mantoux (http://id.wikipedia.org/wiki/Tes_Mantoux) guna memastikan ada tidaknya indikasi TB dalam tubuh ananda Hanin.
26 Oktober kita melakukan kontrol ke RS Meilia Cibubur yang juga menjadi tempat prakter dari dr Hendarmi yang kami pilih karena bertepatan dengan hari sabtu, karena disamping waktunya lebih leluasa karena hari libur, setidaknya sedikit memberikan kepada kami sebagai orangtua untuk lebih bisa mencari berbagai opini tambahan seandainya perlu tindakan pemulihan lanjutan.
Sekali lagi pelibatan Allah dalam masalah ini menjadikan keringanan dan kemudahan selalu menyertai. Waktu periksa dan konsultasi yang lebih lama bisa kita dapatkan saat itu. Sumber rujukan dan suasana rumah sakit yang nyaman dan tidak terlalu ramai juga tergambar jelas ketika itu. Dan yang terpenting, hasil tes-nya negatif.
Alhamdullilah wa syukurrillah. Ananda Hanin mulai lahap kembali makannya sebagai indikasi awal pemulihan. Biaya rumah sakit ter-recovery sebagian besar oleh asuransi prudential yang bunda ikuti buat nanda Hanin, dan yang terpenting keceriaan Hanin itu adalah obat terbaik buat kami. Allah maha bijaksana, Dia tidak akan memberikan coabaan diluar kemampuan hambanya. Potret gaya nanda Hanin diacara syukuran khitanan kaka Andrey menjadi bukti kita semua kalau Allah memang sayang sama kita
sudah berbagai makanan kita coba tawarkan. Mulai dari ayam kriuk, ikan lele, roti, sayur mayur sampai coklat dan es cream diusahakan demi ada yang masuk ke tubuh ananda. tapi memang hanya 2 makanan terakhir itulah yang bisa masuk itupun dengan sedikit saja. biasanya klo udah ngeliat bungkus coklat atau es cream, belum juga dibuka pasti ananda sudah bersorak kegirangan.
Semua panik, semua repot dan semua menyarankan sesuatu, tapi tetap saja belum ada obat yang manjur untuk menenangkan kami berdua sebagai orangtua Hanin. Walaupun Hanin masih minum asi, suatu hal yang sedikit banyak bisa membuat hati sedikit tenang karena minimal asupan gizi dasar yang diperlukan seorang balita bisa terpenuhi. tapi sampai kapan. bulan depan usia Hanin menginjak 2 tahun, sebuah batasan atas seseorang mendapatkan ASI eklusif. Sebuah usaha sendiri sudah, melibatkan Allah juga sudah dilakukan lewat untaian doa dan permohonan. tapi rasanya jugalah kurang tepat apabila kami sebagai orangtua tidak melibatkan orang lain yang memang ahlinya, ya, seorang dokter yang memang karena keilmuannya menjadi lebih berkopeten dalam memberikan rujukan mengenai keadaanmu nak.
Sejak asupan makanan berkurang drastis, otomatis makanan yang dicerna juga berkurang yang berimbas kepada kotoran yang dikeluarkan menjadi cair dan sedikit menghawatirkan kami. Atas saran enin, maka kita sepakat membawa ananda Hanin ke RS Remina Depok selasa malam, 21 Oktober 2014. Setelah melalui serangkaian tes dan berkonsultasi guna mencapai hasil terbaik bersama dr Handarmi, Sp. A rujukannya adalah perawatan inap. dengan disposisi bahwa perawatan disini lebih mudah terpantau untuk dilakukan tindakan preventif yang bisa dilakukan dibandingkan dengan perawatan jalan. Insya Allah jika terapi obatnya cocok, nanda Hanin bisa segera dibawa pulang.
Serangkaian tes pertama yang dilakukan setelah mendapatkan kamar adalah mencoba melihat kondisi lambung dengan tes ronsen disambung dengan pemeriksaan darah dan pup. Syukur alhamdullilah, keadaan fasesnya mulai mengeras yang mengindikasikan bahwa buang air besarnya sudah mengarah ke pemulihan. namun dr Hendarmi justru melihat bahwa ronsen dada ananda Hanin ada sedikit kotor. Indikasi awal dari Tubekolosis, yang ditandai dengan seringkalinya sang anak yerkena batuk yang berkepanjangan dan lama sembuhnya. Memang demikianlah keadaannya. toeh kami pikir mungkin karena cuaca yang kurang kondusif ditambah stamina tubuh yang lagi menurun dan asupan makanan yang kurang lengkap salah satu penyebab batuknya ananda.
Indikasi buang air besarnya yang encer dan cenderung cair sudah mulai membaik, namun dokter menyarankan untuk dilakukan pemeriksaan mantoux (http://id.wikipedia.org/wiki/Tes_Mantoux) guna memastikan ada tidaknya indikasi TB dalam tubuh ananda Hanin.
26 Oktober kita melakukan kontrol ke RS Meilia Cibubur yang juga menjadi tempat prakter dari dr Hendarmi yang kami pilih karena bertepatan dengan hari sabtu, karena disamping waktunya lebih leluasa karena hari libur, setidaknya sedikit memberikan kepada kami sebagai orangtua untuk lebih bisa mencari berbagai opini tambahan seandainya perlu tindakan pemulihan lanjutan.
Sekali lagi pelibatan Allah dalam masalah ini menjadikan keringanan dan kemudahan selalu menyertai. Waktu periksa dan konsultasi yang lebih lama bisa kita dapatkan saat itu. Sumber rujukan dan suasana rumah sakit yang nyaman dan tidak terlalu ramai juga tergambar jelas ketika itu. Dan yang terpenting, hasil tes-nya negatif.
Alhamdullilah wa syukurrillah. Ananda Hanin mulai lahap kembali makannya sebagai indikasi awal pemulihan. Biaya rumah sakit ter-recovery sebagian besar oleh asuransi prudential yang bunda ikuti buat nanda Hanin, dan yang terpenting keceriaan Hanin itu adalah obat terbaik buat kami. Allah maha bijaksana, Dia tidak akan memberikan coabaan diluar kemampuan hambanya. Potret gaya nanda Hanin diacara syukuran khitanan kaka Andrey menjadi bukti kita semua kalau Allah memang sayang sama kita