Senin, 07 Juli 2014

Mba Winda pengasuhku

CERITA AYAH
Suatu sore teman ayah pernah bercerita kalau seandainya saja dia memiliki uang sekoper, apakah mungkin akan mempercayai kuncinya dipegang oleh seorang pembantu. Jika tidak, mengapa banyak dari teman-teman, termaksud ayah sendiri yang lebih mempercayai pola pengasuhan anaknya oleh seorang pengasuh yang mungkin SD saja tidak tamat. Apakah seorang anak tidak lebih berharga dari sekoper uang? 
Ada pula cerita mengenai seorang ibu yang disindir sama temannya karena memiliki pendidikan yang tinggi lulusan universitas negeri ternama Indonesia tetapi lebih memilih menjadi ibu rumah tangga saja. Dengan bahagianya sang ibu menjawab setidaknya anak saya mendapatkan pola asuh terbaik dari orang yang sangat mencitainya dengan setulus hati yang notabene juga merupakan lulusan terbaik universitas negeri ternama dinegeri ini, dibandingkan dengan anak kamu yang mungkin SD saja tidak tamat.

dari kedua cerita diatas sebenarnya ayah lebih merasa tersinggung dengan cerita kedua. Pertama karena cerita itu mirip dengan kisah kita, cerita ini juga sedikit banyak mengorek rasa keibuan siapapun juga yang membacanya. Dan mungkin dari semua ibu yang ada didunia ini, kalau dia memang benar seorang ibu jika memakai bahasa pak ustad, pasti tidak akan rela menyerahkan anaknya dibawah pengasuhan seorang pembantu. begitu juga dengan ayah dan bunda - ketika mereka bercerita kepadaku kelak. Mungkin jika situasi dan kondisinya sudah memungkinkan, ceritanya akan berbeda.  Dan satu hal yang sangat ditekankan oleh ayah kepada bunda, apappun pilihan profesi bunda, Insya Allah jika itu baik, pasti ayah support. Menjadi Ibu Rumah Tangga itu pilihan yang bijaksana, tetapi menjadi guru juga pekerjaan mulia. Insya Allah setiap anak yang diajarkan oleh bunda dan menjadi pandai akan menjadi amal jariah sepanjang usia anak-anak tersebut.

16 Oktober 2014 adalah hari kelahiran gadis ini 15 tahun yang lalu, walaupun waktu itu dia mengaku baru berumur 16 tahun ketika bunda meminta KTP-nya sebagai bagian dari bentuk wawancara ketika pertama kali kita semua bertemu dengannya, toeh akhirnya mba Winda mengakui juga bahwa usianya saat ini baru menginjak 15 tahun. Hal ini diceritakan bunda kepada ayah pada suatu malam selepas kami berdua mengeloni Hanin sampai tertidur.
"emang gimana ceritanya dia bisa ngaku?" cetus ayah ketika bunda menceritakan bahwa sebenarnya Mba winda baru berusia 15 tahun.
emang si pertamanya dia mancing-mancing percakapan dengan mengatakan bahwa "memang tampang saya sudah tua ya bu" cetusnya sambil mancuci dot susu.
"kenapa emang, dah mau kawin ya? balas bunda nga kalah sibuk"
"engga bu, cuma mau tanya aja, sebenarnya Oktober nanti saya baru 15 tahun loeh bu?"
"oallllla ndoe .... ndoe...., kenapa juga kamu pake bohong segala?"
"disuruh mas xxxx (perantaranya waktu dia ngelamar kerja) katanya dengan polosnya"

Tanggal 27 April 2014, adalah hari pertamanya bekerja dirumah kita. Dengan membayar penggantian transport jemput Rp. 500.000 akhirnya mba Winda resmi menjadi pengasuh Hanin. Berselang 3 hari kemudia, akhirnya kita semua pindah ke Depok. 

Semoga saja ini jawaban do'a ayah. Dikirimkan seorang pengasuh yang mencintai Hanindiva sepenuh hati dan bekerja tulus dan Ikhlas karena Allah, bukan ketika didepan kita saja atau ketika ada yang mengawasi. tapi dari gelagatnya, ayah bisa baca kalau sesungguhnya mba winda memang seorang pencinta anak. setidaknya ini hasil opservasi sementara ayah kepadanya dalam beberapa hari ini.